Protes Anti Jilbab - Massa Perempuan Turki Sangat Marah

Protes Anti Jilbab – Massa Perempuan Turki Sangat Marah

Protes antihijab di Iran kini meluas dan merembet hingga ke Turki juga Lebanon. Sekelompok warga Iran yang tinggal di Istanbul dan warga Turki berkumpul pada Rabu, 21 September 2022.

Di depan Konsulat Iran di Istanbul, mereka memprotes kematian Mahsa Amini, dalam tahanan polisi di Teheran. Polisi Istanbul yang pada hari Selasa, 20 September 2022, telah berulang kali membubarkan kelompok yang berkumpul di Taksim Square.

Selama demonstrasi, setidaknya tiga wanita memotong rambut mereka untuk memprotes perlakuan terhadap Amini, yang ditahan oleh polisi moral Iran. Hal ini karena dia memakai jilbab longgar dan karena itu rambutnya terlihat.

Amini kemudian meninggal usai koma di rumah sakit. Kematiannya janggal dan tidak adil menurut masyarakat Iran, membuat pihak berwenang negara itu harus menghadapi protes berhari-hari yang merenggut banyak nyawa demonstran.

Protes Antihijab Merembet

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan dalam bahasa Persia, Turki, dan Kurdi. Mereka juga menyanyikan lagu Turki seperti, “Kami tidak diam, kami tidak takut, kami tidak patuh,” dan “Tubuh saya, keputusan saya.”

Slogan Persia dan Kurdi termasuk, “Perempuan hidup bebas” dan “Kami tidak menginginkan rezim mullah” juga terdengar saat protes berlangsung.

Melansir dari VOA, Jumat 23 September 2022, spanduk oleh kelompok sekitar 300 orang itu berisi kritik keras terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei dan rezim Iran.

Mahdi Saglar, salah satu warga Iran yang berpartisipasi dalam protes tersebut mengatakan telah tinggal dan bekerja di Turki selama 20 tahun. Ia turut memberikan komentarnya dalam aksi protes tersebut.

“Mereka memukuli seorang gadis sampai mati karena rambutnya terlihat,” kata Saglar.

“Anak-anak mereka sendiri berpakaian seperti yang mereka inginkan di Eropa dan Amerika, mereka berperilaku seperti yang mereka inginkan. Tapi di Iran, mereka menangkapnya karena rambutnya terlihat dan mereka membunuhnya dengan menyebabkan pendarahan otak dengan pukulan yang dilakukan oleh polisi. Kami di sini untuk memprotes ini. Warga kami di Iran juga memprotes di jalan.”

Gelare Abdi, pengunjuk rasa Iran lainnya, mengatakan bahwa meskipun dia sangat mencintai tanah airnya, dia tidak dapat tinggal di negaranya karena tekanan berat di negara itu.

“Saya butuh kebebasan tapi saya tidak memiliki kebebasan di Iran. Saya telah berada di sini, di Turki selama dua tahun karena kebutuhan. Mereka membunuh Mahsa karena rambutnya terlihat. Dia baru berusia 22 tahun. Saya juga seorang wanita dan saya ingin kebebasan,” kata dia.

Sementara laporan menunjukkan ada dari massa perempuan yang melepas jilbab dan membakarnya sebagai bentuk protes pada 21 September 2022 lalu. .