Sejarah Kalender Jawa: Terbentuk Dari Perpaduan Tiga Budaya

Tidak banyak suku di dunia yang punya sistem penanggalan sendiri. Suku Jawa di Indonesia termasuk salah satu yang memiliki perhitungan kalender sendiri.

Kalender Jawa sampai sekarang masih sering dipakai untuk memperhitungkan hari baik dan buruk dalam kehidupan. Ada yang unik dari kalender Jawa karena sistem penanggalannya memadukan tiga budaya berbeda. Mulai dari sistem kalender Hijriyah atau kalender Islam, kalender Hindu, dan kalender Julian yang dari budaya barat. Beginilah asal usulnya.

Menerapkan Kalender Jawa Di Daerah Yang Termasuk Kekuasaan Kerajaan Mataram

Asal usulnya adalah dari Kerajaan Mataram pada tahun 1633 Masehi dan pencetusnya Sultan Agung Hanyokrokusumo. Bukan hanya di Kerajaan Mataram, tapi juga menerapkan di kerajaan lain di Jawa sebagai pecahan wilayahnya.

Sejarah Kalender Jawa: Terbentuk Dari Perpaduan Tiga Budaya

Daerah yang mendapat pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram memang menerapkan sistem penanggalan Jawa. Sejak saat itu, memang sistem penanggalan Jawa sudah berlaku di Pulau Jawa kecuali di daerah Batavia, Banten, dan Banyuwangi.

Sistem penanggalannya punya dua siklus hari, yakni siklus mingguan dan siklus pekan pancawara. Siklus mingguan dihitung selama tujuh hari (Minggu sampai Sabtu), sedangkan siklus pekan pancawara dihitung selama lima hari pasaran. Jumlah harinya dalam sebulan sudah ditentukan, yakni 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap.

Kalender Jawa Memakai Sistem Pergerakan Bulan Seperti Kalender Hijriyah Dan Kalender Saka

Pada tahun 1633 Masehi atau 1555 Saka, Sultan Agung berupaya untuk menanamkan ajaran agama Islam di Jawa. Salah satu jalannya adalah dengan cara mengeluarkan sebuah ketetapan yang mengganti penanggalan Saka yang berdasarkan perputaran Matahari menjadi kalender Islam yang berdasarkan perputaran Bulan.

Meskipun akhirnya juga memakai sistem pergerakan bulan sebagaimana halnya pada kalender Hijriyah, tapi angka tahun kalender Saka masih diteruskan. Saat itu terhitung tahun 1555 Saka, kemudian angkanya berlanjut dan tergantikan dengan 1555 Jawa. Nama-nama bulan pada kalender Jawa adalah Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Madirawal, Madilakir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Sela, Besar.

Sebenarnya sistem kalender Jawa cenderung mengikuti perhitungan Kalender Hijriyah, tapi ada sedikit perbedaan antara keduanya.Berbeda dari kalender Hijriyah yang ditentukan oleh hilal, kalender Jawa sudah diperhitungkan sejak awal.

Penamaan Bulan Menggunakan Bahasa Arab, Sansekerta, Dan Bahasa Jawa

Penamaan bulannya ada yang pakai bahasa Arab menyesuaikan dengan nama bulan kalender Hijriyah, misalnya; Sapar (Shafar) dan Rejeb (Rajab). Ada juga nama bulan yang berasal dari Bahasa Sansekerta misalnya; Sura, Pasa, dan Sela.

Tapi ada juga nama bulan yang berasal dari Bahasa Jawa dan Melayu misalnya Besar. Di kalender Jawa  ada tiga tahun kabisat setiap satu windu atau delapan tahun, sedangkan di kalender Islam ada sebelas tahun kabisat setiap 30 tahun.

Khusus untuk tahun kabisat, bulan Besar yang terdiri dari 29 hari menjadi 30 hari. Efek dari perbedaan sistem tersebut terlihat setiap 120 tahun. Terdapat satu hari yang harus terbuang supaya perhitungan dalam penanggalan Jawa tetap sama seperti kalender Hijriyah. Siklus sepanjang 120 tahun sekali tersebut kemudian dikenal dengan siklus kurup.

Membuat Sistem Pranata Mangsa Untuk Patokan Petani Yang Bercocok Tanam

Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta sempat tidak kompak dalam hal aturan membuang satu hari tersebut. Kraton Surakarta sempat membuang satu hari pada tahun 1675 Jawa atau 1748 Masehi meskipun perhitungan waktu itu baru berjalan selama 74 tahun. Pakubuwana V saat itu membuat keputusan karena ia merasa bahwa penanggalan Jawa sudah tertinggal 1 hari daripada Kalender Hijriyah.

Sejarah Kalender Jawa: Terbentuk Dari Perpaduan Tiga Budaya

Aturan tersebut baru terjalankan oleh Kraton Yogyakarta setelah mendapat perintah dari Sultan Hamengkubuwana VI tahun 1749 Jawa atau 1866 Masehi. Pada tahun 1856 Masehi juga membuat bulan-bulan musim dengan patokan kalender Julian.

Sistem tersebut terpahami sebagai pranata mangsa yang kemudian Sunan Pakubuwana VII resmikan. Membuat sistem pranata mangsa lantaran patokan dari Kalender Hijriyah terpandang tidak lagi memadai untuk perkiraan waktu bercocok tanam.

Sumber artikel: Dailysia.com

Sejarah Kalender Jawa: Terbentuk Dari Perpaduan Tiga Budaya

Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya

About the author : Ryan winters
Life Is Like A Wind
Ryan winters avatar

Ryan winters

Life Is Like A Wind

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet

Download / Install Aplikasi Klub Cahaya

Hai, sahabat Cahaya! Ini cara download dan install aplikasi Klub Cahaya ke HP kamu. Mudah, cepat dan tidak butuh banyak memori.

Klik "Add Klub Cahaya to Home screen".

Refresh layar jika tidak muncul.

Klik "Add". Selesai.

Tunggu beberapa saat.

Klub Cahaya terinstall; icon muncul di layar HP.

Happy time bersama Klub Cahaya!!!