SELAMAT BERJUANG ORANG HEBAT!

Seorang guru perempuan mendatangi rumah salah satu muridnya yang jarang masuk sekolah. Guru SD yang penuh tanggung-jawab ini ingin mengetahui keadaan murid yang ia anggap malas itu.

Namun dalam sekejap – sesaat setelah tiba di rumah sang murid – pandangannya berubah. Bahkan sepanjang pertemuan dengan sang murid, air matanya tak berhenti menetes.

Muridnya yang masih SD itu ternyata harus menjaga dan mengasuh adiknya yang baru berumur 3 tahun. Sebab ibunya baru saja meninggal. Sang ayah bekerja.

Sepanjang pertemuan itu air mata guru dan murid itu tumpah. Sang guru memeluk muridnya. Hebatnya, sang murid dengan sesenggukan mengatakan ia masih terus ingin sekolah. Suara sang adik yang masih berusia tiga tahun sesekali terdengar, menambah rasa haru di rumah itu.

Semesta mempertemukan dua manusia hebat. Seorang guru yang penuh pengabdian, sangat amanah – dengan seorang murid pilih tanding yang tak menyerah bergulat dengan perjuangan hidupnya.

Semesta akan selalu menjaga orang-orang dengan hati seluas samudra seperti guru dan murid itu. Selamat berjuang orang-orang hebat !

By : HT

Catatan : Kisah guru dan murid di SD Negeri 1 Pacet, Cipendawa, Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

SELAMAT BERJUANG ORANG HEBAT!

---

Sementara di bagian bumi lainnya.

Sepintas lihat di TV tentang keluarga “selebritis”. Katanya bercita-cita jadi keluarga relijius. Saya enggak tahu untungnya, entah poinnya, menjadi relijius. Karena reliji itu bukan tujuan, tapi salah satu alat saja.

Tujuan relijius utamanya adalah “laku guna”, yakni kurang lebih artinya adalah berniat, berucap, berperilaku yang berdasarkan akhlak. Bahasa asingnya akhlaqul qarimah.

Dan berlaku guna tak hanya bisa dilakukan orang relijius, dan tidak reliji tertentu saja.

Orang relijius juga banyak yang jahat, korup dan berorientasi pada selangkangan semata. Semua reliji ada orang begitu. Sebaliknya, selama orang berlaku guna, tak relijius juga tetap baik. Karena baik atau tidak tak ditentukan oleh relijius atau tidak relijius.

Jika orang relijius baik, maka akan jadi orang baik.
Jika orang tak relijius baik, maka akan jadi baik juga.
Orang relijius yang jahat tetap akan jahat.
Orang tak relijius yang jahat, juga jahat saja.

Baik tidaknya reliji ditentukan oleh orangnya.
Bukan reliji yang menentukan “baik atau tidak baik seseorang”.

---

Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya