Dubes RI di Australia Sambut Rencana Visa Pertanian untuk Negara ASEAN
Dubes RI di Australia sambut rencana visa khusus pekerja di bidang pertanian bagi warga dari negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia yang bakal Australia terapkan. Kendati demikian, kelompok lobi pertanian mengatakan mereka baru akan percaya kalau rencana ini jadi kenyataan.
Perwakilan Indonesia di Australia mengatakan “menyambut baik” rencana ini dan mereka berharap untuk mendapatkan rinciannya.
“Kami menyambut baik inisiatif Pemerintah Australia terkait skema visa pertanian,” ujar Kristiarto Legowo, Dubes RI di Canberra seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (16/6/2021).
“Kami memahami bahwa petani Australia telah mendukung inisiatif ini selama beberapa tahun terakhir. Ini juga merupakan skema yang serupa dengan apa yang telah Indonesia-Australia lakukan di bawah IA-CEPA.”
“Kami berharap dapat mendengar detail lebih lanjut tentang skema tersebut,” ujarnya.
Awal mula ide
Adanya visa tersebut muncul bersamaan dengan perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Inggris dan Australia yang tidak lagi mengharuskan pemegang visa liburan sambil bekerja (WHV) dari Inggris harus bekerja di ladang pertanian selama 88 hari.
PM Australia Scott Morrison dan PM Inggris Boris Johnson mengatakan akan membuat visa timbal balik bagi pekerja pertanian kedua negara.
ABC hari Senin mengatakan visa baru untuk ASEAN tersebut merupakan hasil dari perundingan antara Partai National dengan PM Morrison. Hal ini sebagai persyaratan yang Partai National ajukan untuk menyetujui FTA antara Inggris-Australia.
Wakil Ketua Partai National, David Littleproud mengonfirmasi jika visa baru untuk pekerja pertanian ini akan diberikan kepada warga anggota ASEAN, yaitu Indonesia, Myanmar, Vietnam, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Laos, Brunei dan Kamboja.
“Saya sudah mendapat janji dari PM sebagai syarat dari dukungan saya, dan dukungan Partai National untuk perjanjian perdagangan bebas. Visa ini akan mulai tersedia sebelum akhir tahun,'” kata David Littleproud yang juga adalah Menteri Pertanian Australia.
“Kami mendapat komitmen kuat dari PM, kami dengan jelas sudah mengatakan hal ini ketika melakukan perundingan. Ada garis yang tidak bisa kita lewati untuk membiarkan pekerja musiman tidak bekerja lagi di saat kita kekurangan pekerja.
Janji dari tahun 2019
“PM sudah berjanji kepada Federasi Petani tahun 2019, bahwa akan membuat visa pertanian, jadi kami sekarang menetapi janji tersebut.”
Presiden Federasi Petani Nasional Australia, Fiona Simson mengatakan pemerintah sudah menjanjikan visa pekerja pertanian namun sampai sekarang belum terwujud.
“Kita sudah mendengar janji ini selama bertahun-tahun. Waktunya membuatnya menjadi kenyataan,” katanya kepada ABC.
Menurut David para anggota negara ASEAN masih harus menyatakan diri apakah mereka akan bersedia mengizinkan warganya mengikuti program tersebut.
Hingga saat ini masih belum jelas berapa pekerja yang akan direkrut lewat visa tersebut.
Pekerja musiman dari Inggris dengan istilah ‘backpackers’ selama ini mengisi 25 persen keseluruhan pekerja di ladang pertanian di Australia. Setiap tahunnya, mereka yang berasal dari Inggris berjumlah sekitar 10 ribu orang.
David mengatakan visa ini harus bisa merekrut lebih dari 10 ribu pekerja setiap tahunnya.
“Visa itu akan berlaku selama tiga tahun, dan mereka akan bekerja selama enam sampai sembilan bulan,” katanya.
“Mereka kemudian kembali ke negara asal selama tiga bulan, setiap tahunnya selama tiga tahun tersebut.”
“Ini langkah besar, setelah ada visa pertanian resmi dan kami mencapai persetujuan dengan 10 negara ASEAN, kami kemudian bisa menambahkan dengan negara-negara lain di masa depan.”
David mengatakan visa ini akan memiliki kondisi yang berbeda dari program pekerja Pasifik dan skema pekerja pemetik buah musiman.
Petani: Percaya setelah menjadi kenyataan
Ketika ada yang bertanya apakah dia percaya visa baru ini akan menjadi kenyataan, Fiona; dari Federasi Petani Nasional Australia menjawab “belum yakin”.
“Rinciannya masih harus kami lakukan. Saya kira ini masih harus ada pembicaraan di tingkat Kabinet dan oleh Komite Kajian Anggaran,” katanya kepada ABC.
“Kita harus melakukannya, ini masalah kritis bagi sektor pertanian.”
Fiona mengatakan rencana untuk mendatangkan para pekerja dari negara ASEAN sangat penting. Adanya pekerja tambahan di ladang-ladang pertanian Australia selalu mereka sambut dengan baik.
“Mudah-mudahan ini bisa lebih dari sekadar memenuhi sampai 10 ribu backpacker Inggris yang tidak lagi harus bekerja 88 hari yang dihapuskan karena perjanjian FTA,” kata Fiona Simson.
“Kami sangat terkejut dengan penghapusan 88 hari. ini untuk pertama kalinya pemerintah menetapi janji. Sudah mendiskusikan ini selama bertahun-tahun, jadi sekarang waktunya membuat sesuatu yang bagus atas janji-janji tersebut.
“Kami belum lagi melihat rinciannya, namun kami medesak pemerintah segera menyelesaikan visa ini.”Menteri Pertanian David mengatakan visa ini akan dikaji lagi setelah lima tahun.
Ia mengatakan persetujuan dengan Inggris untuk tidak lagi memberlakukan ketentuan harus bekerja selama 88 hari, tidak sama dengan negara lain.
“Kami yang menentukan siapa yang akan masuk ke negeri ini,” kata David.
“Inggris dan Selandia Baru adalah dua negara khusus yang mendapat pengecualian dan itu karena hubungan sejarah.”
Berita ini telah terbit di : Liputan 6, dengan judul ‘Dubes RI di Australia Sambut Rencana Visa Pertanian untuk Negara ASEAN’.
Kembali ke beranda Klub Cahaya, atau kunjung toko kami Klubshop untuk berbagai penawaran menarik!
Dubes RI di Australia Sambut Rencana Visa Pertanian untuk Negara ASEAN
There are no comments
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.