Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

BAHASA NUSANTARA KUNO ADALAH IBU DARI BAHASA SANSEKERTA DAN SANSEKERTA BUKAN DARI INDIA
**********************************************

Kajian tentang Ibu bahasa dunia akhirnya merujuk pada akar bahasa yang masih berguna di sebagian daerah di Indonesia Nusantara. Mari kita simak dengan membacanya hingga tuntas.

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Bahasa “Sansekerta” adalah Bahasa Bangsa Nusantara, Indonesia maju terdahulu, bukan bahasa dan berasal dari “lndia” saat ini. Salah kaprah dan propaganda “Kolonialis”, telah menjadikan bangsa ini seolah hanya menjadi bangsa pengimpor “budaya” dan “bahasa” bangsa lain. Saat menjajah, negri ini ternamai “Hindia Belanda”. Hanya dengan satu huruf “H” hilang sempurnalah kata “India” itu menjadi anggapan sumber budaya dan Bahasa Bangsa Nusantara dan kita #HANYA diam.

Perhatikan!

Bahasa “Sansekerta” telah lama ada di Nusantara sejak ribuan tahun lalu di pergunakan leluhur kita. Literasi kata “bahasa” (bhāṣa) itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta berarti “satu petunjuk”. Ini asli bahasa kita.

Penelitian Bahasa Sansekerta oleh Bangsa Eropa mulainya oleh Heinrich Roth(1620–1668), Johann Ernst Hanxleden(1681–1731).

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Sir William Jones pernah berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata :

“Bahasa Sansekerta, tetap dengan kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan. Lebih sempurna dari pada Bahasa Yunani, lebih luas dari pada Bahasa Latin, lebih halus dan berbudaya dari pada keduanya. Namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya. Baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan. Sangat eratlah keterkaitan, sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada.”

Perhatikan lagi!

“Muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada.”, kata- terakhir William Jones ini membuktikan sumber “Sansekerta” itu bukan berada di tempat ia berceramah saat itu, yaitu India.

Dalam Bahasa Indonesia saat ini ada sekitar 800 kata-kata dari Bahasa Sansekerta. Antara lain; cinta (cintā), agama (āgama), antariksa (antarikṣa), (arcā) patung, bahaya (bhaya), bejana (bhājana), bidadari (vidyādharī), buddha (buddha – pencerahan), dan sebagainya.

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Kata-kata ini ada yang terserap langsung dari bahasa aslinya. Ada juga yang terserap dari Bahasa Jawa terpakai sebagai pembentukan kata-kata baru sebutannya “Neologisme”.

Ing bausastrané Jawa Kuna kurang dari 50% dari itu, bauwarnané, asalé saka Basa Sangskreta.

Catatan “mainstream” saat ini tentang Sansekerta yang terpublikasi adalah “Panini”, kemudian Deva Nagari, Bahasa Brahmin lebih tua lagi “Aramik”. Itulah sumber Sansekerta. Benarkah?

● Pāṇini, orang Pakistan pertama kali menulis tentang tata Bahasa Sansekerta yang berjudul Aṣṭādhyāyī. Buku Tata Bahasa Sansekerta karyanya ini memuat 3.959 Hukum Bahasa Sansekerta tertulis abad ke-5 SM.

● Aksara Deva Nāgarī/dari Bahasa Sansekerta “Kota Dewa”. Aksara ini muncul dari aksara “Brahmi” dan mulai penggunaan pada abad ke-11.

● Aksara Brahmi, Aksara ini tertulis dari kiri ke kanan. Menurut hipotesis aksara ini berdasarkan huruf “Aramea” penggunaan oleh Raja Asoka 270 SM – 232 SM.

● Abjad/Bahasa Aramaik adalah yang terpakai masyarakat Aram, yang tinggal di daerah sekitar Mesopotamia/Siria, sekitar abad ke-10 SM. Kekaisaran Akhemenid 331 SM, Aram Kuno 500 SM, berubah menjadi Aram Imperial/bahasa kekaisaran.

Perhatikan!

Semua anggapan sumber abjad/bahasa paling tua adalah tahun 500 SM. Sementara di Nusantara jauh sebelum tahun itu telah berdiri tempat belajar ilmu pengetahuan, setingkat pusat universitas di antaranya ilmu Bahasa “Sansekerta”. Tempat belajar setingkat pusat universitas bernama “Dharma Phala” di Svarna Dvipa terbangun sebelum “Nalanda” di Bihar India tahun 427 M.

Tokoh Dharma Phala 670-580 SM lahir di Svarna Dvipa adalah murid Dharmadasa, guru Dharmakirti dan guru-guru lainnya pelopor ajaran “Dharma/Dhamma” di tanah india.

Jadi, Bahasa “Sansekerta” adalah bahasa asli Nusantara. Pembelajaran dan pemakaian oleh leluhur kita menyebar ke 3/4 muka bumi. Bersamaan dengan penyebaran falsafah ajaran “Dharma/Dhamma”, yang mendasari tumbuhnya 3 Agama besar di India.

Kitalah yang mewarnai India, dan #BUKAN sebaliknya. Tertandai dengan Bahasa “Sansekerta” dan falsafah dasar utama “Dharma/Dhamma”.

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Sementara kajian lainnya menyebut, bahwa Sansekerta adalah bahasa turunan dari Bahasa Nusantara Kuno yang terjadi karena perkembangan budaya di Indonesia Nusantara Kuno masa itu.

Shyama Rao (1999) menulis buku elektronik berjudul “The Anti-Sanskrit Scripture”. Dan terpajang di perpustakaan Maya Ambedkar – yang sekarang sudah tutup. Rao mengkritisi anggapan akademis bahwa Bahasa Sansekerta adalah induk semua bahasa di Asia Selatan bahkan sampai Eropa Barat. Demikian juga aksara Deva Nagari yang diakukan berasal dari negeri para dewa.

Rao menjelaskan banyak kelemahan Bahasa Sansekerta dan aksara Deva Nagari. Bahasa Sansekerta yang sejak jaman kuno terpropagandakan oleh Bangsa Aryan sebagai bahasa suci dan bahasa dewata serta induk bahasa-bahasa di Hindustan, Bahasa Persia, Inggris dan Jerman itu mengandung kerumitan tata bahasa dan memiliki terlalu banyak karakter (alphabets). Rao membuat daftar perbandingan jumlah karakter bahasa-bahasa primitif (Sansekerta tergolong primitif), sebagai berikut :
Cina-Ming 40,545
Cina-Sung 26,194,
Lalu Cina-Han 9,353,
Sumeria 1,200,
Sansekerta 509, dan
Heroglif Mesir 70 karakter.

Memang jauh lebih banyak jumlah karakter Cina atau Sumeria. Namun di bahasa-bahasa itu setiap karakter mewakili satu makna grammatical suatu kata atau morpheme. Sedang dalam Bahasa Sansekerta, satu aksara Deva Nagari hanya melambangkan bunyi, cara baca, perubahan bentuk kata dan lain-lain aturan grammatical yang sangat rumit. Agak mirip dengan huruf-huruf Timur-Tengah seperti Hibrani dan Arab tetapi jauh lebih rumit. Belum lagi tata bahasanya yang tidak konsisten sebagai kelompok bahasa daratan Asia Selatan ke Barat. Bahasa Sansekerta tidak membedakan jenis kelamin, tidak mengenal “tenses”, tidak ada konsep “tunggal dan jamak”, serta tidak ada partikel. Tetapi banyak sinonim dan homonim yang mirip dengan kelompok Bahasa Nusantara. Anehnya kosa-kata Bahasa Sansekreta banyak yang mirip bahasa-bahasa Asia Selatan, Asia Barat hingga Eropa Barat.

Kesimpulannya, Bahasa Sansekerta dan aksara Deva Nagari adalah “rakitan” dari berbagai bahasa.

Itu terakit dengan mencampur atau mencomoti kosa kata dan cara tulis berbagai bahasa yang ada di Daratan Hindustan. Tambahan dengan bahasa-bahasa pendatang dengan logat Bangsa Aryan. Ini juga terbuktikan bahwa penutur aktif Bahasa Sansekerta pada tahun 1921 tinggal sekitar 356 orang di seluruh India, Pakistan dan Bangladesh (sekarang). Dan pada sensus tahun 1951 hanya ada 555 orang penutur Sansekreta dari 362 juta penduduk India.

Bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Indonesia justru mengandung sekitar 50% kosa kata Sansekerta. Jangan-jangan justru orang Aryan mencomot sebagian bahasanya dari Bahasa Nusantara sebagai bagian bahasa rakitannya. Karena secara praktis, justru penutur Sansekreta itu jauh lebih banyak di Nusantara berbanding penutur di India. Terutama orang Aryan sendiri justru memakai Bahasa Hindi. Bukti paling telak adalah bahwa belum ada temuan satu pun naskah kuno berbahasa Sansekerta dengan aksara Deva Nagari di India sebelum tahun 500 Masehi!

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Bahasa yang dalam anggapan dan terpropagandakan sebagai bahasa dewata, terbukti sebagai bahasa rakitan minoritas “penguasa” Hindustan. Sayangnya, propaganda Sansekerta sebagai induk bahasa-bahasa terlanjur mendarah daging bersamaan dengan banjir bandang imperialisme dan kolonialisme sebagai sumber anthropologi.

Teori Sansekerta Induk Bahasa (TSIB) terlanjur bercokol di memori intelektual sejarah, lingusistik dan sosial. Bahkan meracuni sejumlah ahli komputer hingga pernah ada pendapat “Bahasa Sansekerta paling afdol untuk program komputer, karena mewakili banyak bahasa besar di dunia”. Tanpa mempertimbangkan kerumitan penulisan penggunaan dan ketidakkonsistenan tata bahasanya.

Justru bahasa komputer yang melanglang jaringan “artificial intelligent” bernama “Java Script” yang konon karena “fleksibelnya” The Javanese.

Seorang agronomist dari Haryana University, Profesor Ashok Kumar, sangat heran dengan Bahasa Indonesia. Pertama dia heran sewaktu ada pemberitahuan bahwa “language” itu “bahasa”. Dia heran, karena di Bahasa Hindi dan Bengali, “language” adalah “bhasa”. Dan Dia lebih heran lagi ketika dalam Bahasa Jawa berbunyi “boso”. Dia bingung, dari mana istilah “bhasa, boso, dan bahasa” itu berasal? Dia sebagai orang Hindu justru tidak merujuk Sansekerta, malah menduga dari Bahasa Arab atau Urdu. Jika istilah “bhasa” itu, kalau benar-benar dari Sansekerta, mestinya di Persia, Jerman, Inggris, Latin, Yunani, juga mirip, paling tidak, ada konsonan “bhs”. Tetapi kok jadi “lingua”?

Keheranan Profesor Kumar kedua adalah tentang jumlah bahasa daerah di Indonesia yang berjumlah ratusan, tetapi memiliki satu Bahasa Indonesia yang dapat diterima oleh hampir semua orang Indonesia. Karena antara Bahasa Jawa, Sunda dan Bali itu banyak mengandung kosa kata Kawi. Sedang hampir 80% kosa kata Bahasa Melayu asli punya akar kata Kawi. Kenyataan itu sangat berbeda dengan negerinya, India. Negerinya punya keragaman ekologi dan ekosistem yang spektakuler. Mulai dari yang bersalju abadi (Himalaya), sampai yang bergurun (Deccan dan Punjab). Dari yang daratan utuh (Hindustan) hingga kepulauan (Andaman). Maka Profesor Kumar berkhayal, seandainya India memiliki bahasa nasional yang bisa diterima oleh seluruh bangsa seperti Bahasa Indonesia, betapa kuat negaranya! Tetapi dia justru heran kepada Indonesia yang tidak maju-maju. “What’s wrong with the Indonesian?” katanya.

Ternyata dari Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia masih merupakan pengikat paling kuat persatuan dan kesatuan Indonesia . Bahasa konon merupakan salah satu ekspresi kebudayaan bangsa penuturnya.

Sebuah artikel di majalah ilmiah populer HortScience menyebut tentang asal-usul tanaman “tales-talesan” yang ada di Oceania, Polynesia hingga Hawaii. Lalu menyebar ke Jepang, Cina dan Korea. Dugaan dulu-dulunya terbawa oleh penjelajah lautan kuno dari Nusantara sebagai “bekal” bahan makanan. Dan dugaan itu lebih ketika ada siaran NHK (TV Jepang) akhir tahun 2003 yang secara kebetulan membahas kebudayaan Bangsa Hawaii. Di siaran itu ada tarian tradisional yang terucapkan oleh pembawa acara sebagai “kokonatsu no odori” (tarian pohon kelapa) yang tulisan Bahasa Hawaiinya ada kata “kalappa”. Nusantara telah punya bahasa yang satu, berarti budayanya juga satu.

Jadi, bahasa manakah yang bahasa induk? Sansekerta atau bahasa-bahasa Nusantara yang terwakili oleh Bahasa Indonesia? Sayangnya bahwa dalam sejarah penyebaran manusia, Bangsa Nusantara terlanjur dianggap sebagai pendatang dari Indo-Cina. Meskipun pada sejumlah literasi tidak ditemukan sama sekali kosa kata Indonesia atau Jawa yang mirip dengan kosa kata Khmer atau Burma. Yang ada justru dulu raja-raja Kamboja memakai nama akhir Warman dan kebetulan pula salah seorang bangsawan dari daerah Pamalayu di Majapahit bernama Adityawarman. Sementara nama raja Kamboja sekarang justru Norodom Sihanouk yang sama sekali tidak mirip dengan satu pun kata Melayu, Jawa, Sunda dan Bali.

#SayaIndonesiaSayaNusantara

Semoga semua mahluk selamat dan bahagia.

Merdeka Kebudayaan Nusantara!!!
Satyam Eva Jayate!!!
Eling lan waspada

Mari kembalikan kejayaan negeri Nusantara!
Rahayu mulya ning jagat.

Bahasa Nusantara Kuno Adalah Induk Sansekerta

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : RM Kentus
Tell us something about yourself.

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet

Download / Install Aplikasi Klub Cahaya

Hai, sahabat Cahaya! Ini cara download dan install aplikasi Klub Cahaya ke HP kamu. Mudah, cepat dan tidak butuh banyak memori.

Klik "Add Klub Cahaya to Home screen".

Refresh layar jika tidak muncul.

Klik "Add". Selesai.

Tunggu beberapa saat.

Klub Cahaya terinstall; icon muncul di layar HP.

Happy time bersama Klub Cahaya!!!