Kumpulan Berita Gagal Panen
15 Hektare Sawah Di Lebak Gagal Panen Akibat Banjir
Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak mencatat terdapat 15,6 hektare sawah mengalami puso atau gagal panen usai terkena terjangan banjir. Areanya tersebar di lima kecamatan. Kelima kecamatan masing-masing Bayah, Cigemblong, Cilograng, Cibeber dan Cijaku. Paling parah di Desa Bayah Timur sekitar 28 hektare.
“Sekitar 15,6 hektare sawah terdampak banjir kemarin,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat Yuniar Senin, 17 Oktober 2022.
Umur padi sawah yang terdampak menurut Rahmat beragam mulai dari 5-15 persemaian hingga 40-47 HSS/HST.
“Itu masih data sementara, tim juga terus melakukan pendataan dan pembinaan kepada para petani,” tuturnya.

Banjir melanda Kabupaten Lebak dan sejumlah daerah di Indonesia belakangan ini. Ratusan rumah terendam dan sejumlah infrastruktur mengalami rusak berat. Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya menetapkan status tanggap darurat hingga 23 Oktober 2022 mendatang.
Artikel ini telah tayang di Banten Hits
Kumpulan Berita Gagal Panen
Curah Hujan Tinggi, 20 Hektar Cabai Merah Gagal Panen Raya karena Tergenang Banjir
Sejumlah petani mengalami gagal panen raya cabai merah di persawahan Pedukuhan Dobangsan, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasalnya, hujan deras yang terjadi beberapa hari belakangan mengakibatkan sawah tergenang. Air merendam tanaman cabai yang sedang berbunga dan sudah mulai berbuah.
“Menjelang panen raya cabai merah. Empat kelompok tani tidak jadi panen karena tergenang banjir akibat curah hujan tinggi,” kata Untung Suharjo, Ketua Gapoktan Marem Kalurahan Giripeni, Senin (10/10/2022).
Empat kelompok tani yang mengalami gagal panen yaitu Graulan Asri, Martani Dobangsan, Kedung Rejo dan Sideman Makmur. Total lahan kelola petani ini sekitar 20 hektar.
Pada musim tanam ketiga (MT 3) ini, petani menanam palawija dengan tanaman utama cabai merah dan tanaman tumpang sari seperti kubis dan kacang tanah. Beberapa ada yang menanam bawang merah.
Bawang dan kubis berhasil di panen sebelum Oktober. Sementara cabai merah rencananya mulai dipetik Oktober-November. Bahkan para petani sudah merencanakan panen raya dengan menggelar wiwitan atau pesta panen.
Namun ternyata, air hujan terlebih dahulu menggenangi sawah. Saluran air dari warga juga meluber ke sawah. Cabai tidak tahan air. Bila tanaman terendam air satu hari satu malam, lalu kena panas siang hari, mengakibatkan daun rontok dan buah muda jatuh. Karenanya petani hanya bisa memanen yang tua.
Terpaksa Panen Cabai Hijau
Sementara cabai yang tersisa, yakni yang masih hijau, terpaksa dipanen dini. Pasar dibanjiri cabai hijau mengakibatkan harga jadi sangat murah. Berbeda bila situasi normal, petani sejatinya bisa memetik cabai empat hari sekali.

“Kalau di awal Oktober petik, sampai awal November bisa petik enam sampai tujuh kali,” kata Untung. “Saat ini ada yang baru satu dua kali petik bahkan ada yang tidak sama sekali, karena panen tidak bersamaan. Malah sekarang terendam banjir,” lanjutnya.
Dampak banjir membuat petani gigit jari, lantaran keuntungan sebenarnya dari cabai bisa Rp 30.000-Rp 34.000 per kilogram. Kenyataan berkata lain, petani terpaksa panen dini cabai petik hijau yang harganya kurang dari Rp 5.000 per kg. Terbayang kerugian petani karena 1 hektare lahan membutuhkan biaya sekitar Rp 30 juta.
Menurut Untung, petani segera memperbaiki situasi dengan menata musim selanjutnya dan melakukan persiapan tanaman padi.
“Rabu kita akan menentukan waktu sebar gabah. Karena tanaman tidak bisa kita tunggu lagi,” kata Untung di ujung telepon.
Mariyem (57), petani dari kelompok Graulan Asri. Ia sibuk memetik cabai hijau di lahan yang berisi 3.000 pohon. Raut muka Mariyem redup karena tanaman cabainya yang baru berumur dua bulan terpaksa harus dipetik lebih awal. Mariyem mengaku rugi sedikitnya Rp 2 juta. Ia mengaku pasrah memanen dini bila tidak ingin rugi besar.
“Hanya bisa ambil yang merah sedikit. Tanaman mau mati jadi segera diambil,” kata Mariyem dalam bahasa Jawa.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com.
Kumpulan Berita Gagal Panen
Ketua DPR RI Minta Pemerintah Bantu Petani Yang Gagal Panen Akibat Banjir
Hujan dan cuaca ekstrem yang terjadi menyebabkan banyak petani merugi akibat gagal panen. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), turut meminta Pemerintah memberikan bantuan kepada para petani yang gagal panen, menyusul area persawahan maupun perkebunannya terendam banjir.
“Pemerintah harus bisa mengatasi persoalan gagal panen yang petani alami di sejumlah daerah. Mereka bukan hanya mengalami pengurangan keuntungan, tapi bahkan ada juga yang merugi karena sawah dan kebunnya terendam banjir,” katanya dalam keterangan pers.
Sejumlah sentra pertanian padi, buah, dan sayur mengalami gagal panen karena lahan persawahan dan perkebunannya terendam banjir. Curah hujan yang tinggi di atas normal juga mengakibatkan terjadinya peningkatan kelembaban dan menyebabkan makin bertumbuhnya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama penyakit.
Tak hanya itu, intensitas penyinaran di lahan pertanian pun turun dan berdampak terhadap menurunnya kualitas produk pertanian dan perkebunan. Puan juga menyoroti beberapa daerah yang sebentar lagi panen raya. “Kita harus memikirkan nasib para petani yang akan kehilangan penghasilan karena produksi taninya hancur akibat banjir,” ucap Puan.
Gagal Panen Cabai Di Yogyakarta
Sebelumnya, 4 kelompok tani di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tidak jadi panen raya cabai merah karena area perkebunannya tergenang banjir. Air merendam tanaman cabai yang sedang berbunga dan sudah mulai berbuah.
Pada musim ketiga ini, petani menanam palawija dengan tanaman utama cabai merah dan tanaman tumpang sari seperti kubis dan kacang tanah. Beberapa ada yang menanam bawang merah. Bawang dan kubis berhasil di panen sebelum Oktober, sementara cabai merah rencananya mulai dipetik Oktober-November 2022. Karena terendam air, petani terpaksa memanen cabai yang masih hijau dengan harga jual rendah.
“Keuntungan petani jadi merosot jauh, dan bahkan ada juga yang justru rugi,” ungkap Puan. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun di Kabupaten Jombang selama beberapa hari terakhir juga membuat para petani buah blewah di Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, gagal panen. Tanaman blewah dan semangka di kawasan itu sejatinya sudah memasuki masa panen, namun akhirnya membusuk karena terendam air hujan.
Tak hanya di pedesaan, cuaca ekstrem hingga beberapa waktu ke depan berpotensi menyebabkan terjadinya hujan intensitas tinggi yang dapat memicu air sungai meluap di sekitar Jabodetabek. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan petani ibu kota penggarap lahan di pinggian sungai gagal panen akibat banjir yang dapat merusak lahan pertanian.
Artikel ini telah tayang di InfoPublik
15 Hektare Sawah Di Lebak Gagal Panen Akibat Diterjang Banjir
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar