Lawas Gak Lawasan
Pecinta kain Nusantara menggelar fashion show dengan mengenakan kain batik yang berpadu padan dengan kebaya kembang desa bertajuk Lawas Gak Lawasan di Tangsel.

Pecinta kain Nusantara yang tergabung dalam Sapawastra tersebut menggelar fashion show busana batik di Warung Tuman, BSD, Tangerang Selatan.

Mereka tampil dengan mengenakan kain batik berpadu padan dengan kebaya kembang desa. Mereka tampil dengan aneka kebaya kembang dan batik lawasan dari berbagai daerah.

Pecinta kain Nusantara menggelar fashion show dalam rangka memperingati Hari Batik yang jatuh pada 2 Oktober 2022.

Pecinta kain Nusantara berlenggak-lenggok dengan mengenakan busana batik di bawah rumpun bambu di Warung Tuman, BSD, Tangerang Selatan.

Kegiatan ini terselenggara agar batik terus lestari dan kalangan muda bisa menerimanya.
Batik Lawasan Masih Jadi Favorit Konsumen
Batik motif lawasan masih menjadi favorit konsumen di Kota Solo meski makin banyak motif baru yang saat ini sedang berkembang oleh perajin.
“Motif seperti kawung, parang dengan warna-warna sogan masih sangat banyak peminat. Kalau konsumen saya justru tidak begitu suka dengan motif baru dengan warna-warna cerah,” kata salah seorang perajin batik Muhammad Tomi Tamsis di sela-sela pameran batik di Mal Solo Square, Kamis (3/1/2019).
Ia mengatakan batik yang banyak peminat oleh konsumen mulai harga Rp100.000-300.000 per potong. Menurutnya, peminat batik lawasan tersebut bukan hanya dari dalam Kota Solo tetapi juga dari luar kota.
“Saya sudah melayani pemesanan hingga Medan, Palembang, dan Jakarta. Sejauh ini penjualan dari pemesanan ini malah lebih bagus jika membandingkan melalui toko,” kata pemilik Toko Batik Kawung Solo ini.
Senada, penjual yang lain Reni mengatakan motif lawasan masih banyak peminat konsumen baik itu dalam bentuk pakaian maupun kain. Khusus untuk pakaian, model yang banyak dicari yaitu setelan atau atasan dan bawahan.
“Kami banyak memproduksi dengan harga di kisaran Rp1,5 juta. Kalau atasan pria saja harganya sekitar Rp350.000-500.000 per potong,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FPKBL) Surakarta Alpha Fabela Priyambodo mendorong para pembatik mampu menciptakan motif baru untuk mencerminkan Solo yang kekinian.
Ia mengatakan untuk motif kontemporer ini pembatik bisa mengambil simbol apapun yang identik dengan Kota Solo.
“Meski demikian, harus pasti bahwa ide tersebut original atau tidak meniru motif yang sudah ada oleh pembatik lain. Harapannya ini bisa mendongkrak penjualan,” katanya.
Lawas Gak Lawasan
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar