Leluhurku Membebaskanku

Leluhurku Membebaskanku

Catatan Kalatanda Tentang KALASARI

Saya kira, tidak perlu membahas latar belakang seorang Sari Koeswoyo. Tanya mbah Google tentang Sari Koeswoyo, maka dengan lengkap si mbah menerangkan tentang Sari Koeswoyo.

Catatan Kalatanda ini saya maksudkan agar bisa menjadi penanda bahwa satu dari delapan perupa yang menggelar karyanya di Perpustakaan Nasional Jl. Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusat adalah Kalasari. Yaitu sebutan penanda untuk Sari Koeswoyo dalam pameran Kalatanda. Kalasari adalah Kebajikan Sari Koeswoyo.

Kerja kreatifnya dalam seni rupa ia sikapi sepenuh jiwa dengan kesungguhan, sehingga pergulatan kesenirupaannya – sejauh ini – berjalan progresif. Kegigihan dan juga antusiasnya terlihat ketika bicara senirupa dan bicara tentang wayang.

Sari Koeswoyo ”hadir” dalam ruang senirupa dengan membawa konsep wayang. Sikap berpijak pada tradisi sangat kentara dalam berinteraksi dengan sesama perupa. Tidak heran jika ia mendeklarasikan “wayang sari“ sebagai konsep wayang yang ia usung. Sari Koeswoyo juga mengaku bahwa wayang sari adalah wayang menurut fersinya. Tidak terikat pakem wayang yang sudah ada. Pun -semoga saya tidak keliru- Sari Koeswoyo tidak mendeformasi (dengan kesadaran) bentuk wayang yang sudah ada pakem -pakemnya. Meski wayang besutannya secara visual dapat masuk kategori deformatif.

Uniqum “wayang sari” ada pada proses penciptaannya. Sari Koeswoyo -awalnya- hanya melukis/mendrawing wayang jika ia mau, atau sering ia katakan bahwa ia akan buru-buru menggambar jika ia melihat “penampakan” wayang secara metafisis yang menggambarkan jiwa/karakter seseorang yang bertemu dengannya. Walau tidak semua orang yang berinteraksi dengannya memiliki “wayang” yang dapat Sari lihat.

Leluhurku Membebaskanku Catatan Kalatanda Tentang KALASARI
Leluhurku Membebaskanku karya Sari Koeswoyo.

Sari Koeswoyo punya spirit berbeda/lebih saat menggambar/mendrawing wayang. Dan dari wayang hasil besutannya juga, Sari dapat mengetahui karakter orang.

Sari Dan Wayang Sebagai Bahasanya

Dalam gelar karya Kalatanda, Sari tetap menggunakan wayang sebagai bahasa ucap dalam karya instalasinya. Karya Sari ini, oleh pak Cik (kurator) diletakkan di bagian tengah-depan ruang pamer. Pak Cik menilai bahwa karya tersebut tergolong sebagai karya kontemporer.

Sari secara konseptual mencampurkan idiom-idiom tradisi (kurungan ayam, drawing wayang yang berbentuk gunungan dengan material plat aluminium) hingga unsur teknologi berupa foto diri yang dicetak, ditempelkan pada kotak kayu dan diletakkan dalam kurungan ayam berwarna emas.

Catatan Kalatanda Tentang KALASARI
Leluhurku Membebaskanku karya Sari Koeswoyo.

Sementara sejumlah gunungan bergambar wayang menegelilingi/memagari kurungan tersebut. Pada bagian lantai Sari masih mendasari dengan menggunakan paranet.

Leluhurku Membebaskanku
Leluhurku Membebaskanku karya Sari Koeswoyo.

Pose foto diri Sari yang memakai pakaian kekinian nampak tengah menutup mulutnya dengan kedua tangan – pak Cik menjelaskan bahwa itu merupakan simbol pembungkaman – sementara foto yang lain Sari berpose menutup kedua telinganya dengan tangan. Pak Cik menjelaskan bahwa itu merupakan larangan mendengar/tidak boleh mendengar.

Leluhurku Membebaskanku Catatan Kalatanda Tentang KALASARI
Leluhurku Membebaskanku karya Sari Koeswoyo.

Pak Cik memberikan tafsir mengapa Sari mengkonsep dan memberi judul karyanya Leluhurku Membebaskanku. Ia mengatakan bahwa Sari Koeswoyo tumbuh dan besar dalam dua culture (ayah Jawa dan ibu Perancis) Sari juga lama tinggal dan hidup di daratan Eropa.

Paradox

Menurut pak Cik ini paradox. Sebab Sari memberikan tafsir terbalik soal “kebebasan”. Biasanya culture barat ditafsirkan sebagai yang memicu kebebasan dan Culture jawa dalam banyak hal selalu mengekang/mengikat (feodal). Ini menarik- kata pak Cik- Sari membaliknya. Dia justru merasa terkekang oleh Barat dan Jawa/tradisi membebaskannya.

Saya mencoba menelaah ucapan pak Cik dan mengkorelasikan dengan judul dan deskripsi karya. Sari menulis “dalam perjalanan spiritualnya manusia (Sari) justru diMERDEKAkan oleh para leluhurnya” – perhatikan tulisan merdeka dengan huruf besar sementara awalan dan ahiran huruf kecil. saya kira ini merupakan bagian dari cara ucap Sari secara konseptual. Kalimat selanjutnya: yang menunjukkan bahwa budaya yang dianggap primitif dan rendah itu memiliki nilai nilai adiluhung. Sebuah kalimat yang mengandung perlawanan terhadap “kebaratan”nya.

Saya berasumsi bahwa Sari Koeswoyo pada karya Leluhurku Membebaskanku bertolak dari ranah spiritualitasnya. Artinya Sari membicarakan kematangan spiritual manusia. Sari merasakan secara empiris keterkukngkungan dalam dua budaya (Barat dan Timur) tetapi Leluhur yang terreprentasikan dengan wayang -terutama Semar- menyelamatkannya. Sari bersandar pada ajaran budi (Leluhur) dan merasa lebih pas untuk menjalani kehidupan spiritualnya. Merasakan kenyamanan spiritual dan tenang ketika memahami ajaran leluhur yang membuatnya lebih matang secara spiritual.

Sebuah konsep karya yang mendasari terwujudnya karya instalasi yang di gelar dalam Kalatanda. Leluhurku Membebaskanku bicara spiritual seorang Sari Koeswoyo.

Salut untuk Sari Koeswoyo.
Terus berkarya, semangat dan… MERDEKA..!!!
Salam.

Leluhurku Membebaskanku

Oleh Eko Banding

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : Evitaaa
Tell us something about yourself.

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet