Kecerdasan Emosional Fundamental Yang Tidak Populer

Kecerdasan Emosional Fundamental Yang Tidak Populer

Emosi adalah suatu perasaan intens yang tertuju kepada sesuatu. Intens artinya secara kuat dan terus menerus. Dan artinya juga memberikan perhatian atau atensi secara khusus terhadap objek dari perasaan itu. Kemudian ada kata intensif yang artinya dengan sungguh-sungguh (mengerjakan sesuatu demi hasil yang diinginkan). Lalu ada juga kata intensitas, artinya tingkatan atau ukuran atau kualitas dari suatu kondisi yang intens. Intinya semua yang menyangkut perasaan manusia dengan ukuran kekuatan tertentu disebut emosi. Misalnya senang, berbunga-bunga, bersemangat, antusias, menggebu-gebu, bergelora, rindu. Juga heran, bingung, kasihan, tegang, takut, was-was, marah, sedih, benci, iri, kecewa, menyesal, malu dsb, semua adalah bentuk dari emosi.

Menurut Wikipedia. Kecerdasan emosional (Emotion Quotient/EQ) adalah kemampuan, kapasitas seseorang dalam menerima, menilai, mengelola, mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Artinya manajemen emosional ini mengacu pada keterlibatan kita dalam suatu hubungan dengan orang lain.

Namun dalam praktik kehidupan sehari-hari ternyata tidak sesederhana itu. Kita secara emosional tidak hanya terlibat dalam hubungan dengan sesama manusia. Tetapi juga dengan berbagai entitas atau keberadaan, hewan, tumbuhan, benda-benda, suasana kerja, kondisi cuaca. Dan yang paling rumit adalah hubungan dengan diri sendiri. Semua melibatkan perasaan intens atau emosi. Tentang kita merasakan sesuatu kemudian secara terus menerus memperhatikan hal itu. Dengan kekuatan pikiran kita mengarahkan emosi tersebut untuk menjelma berbagai bentuk output. Misalnya tindakan atau perilaku, perkataan, tulisan, berbagai karya seni, yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi dari emosi kita.

Emosi sering kali membutuhkan media untuk menyalurkan dan mengekspresikan. Dan jika tidak ada penyaluran akan terasa ada yang kurang dan tidak terpenuhi. Sehingga mengekspresikan emosi adalah sebuah kebutuhan dasar yang manusiawi. Namun dalam rangka menyalurkan emosi ini kita menemui berbagai kendala. Termasuk resiko benturan dengan emosinya orang lain, karena kita pasti hidup bersama dengan orang lain. Maka di sinilah kemudian harus ada, yang disebut sebagai kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional sangat perlu untuk mengontrol, mengelola, me-manage, mengendalikan agar jangan sampai menciptakan benturan, gesekan dan konflik dengan orang-orang di sekitar kita.

Kecerdasan Emosional : Fundamental Yang Tidak Populer

Kecerdasan mengelola emosi mungkin tidak terlalu populer untuk dipelajari bagi kebanyakan orang. Namun nyatanya dalam kehidupan sehari-hari hal ini sangat penting. Bahkan menjadi dasar keberhasilan seseorang dalam menempatkan diri di berbagai situasi sehingga menciptakan tata kehidupan yang nyaman dan harmonis.

Ada sebuah studi yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) tidak kalah pentingnya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Bahkan studi tersebut menyebut EQ dua kali lebih penting dari pada IQ. Sedangkan dalam buku Daniel Goleman “Kecerdasan Emosional” penjelasannya bahwa kecerdasan emosional memegang 80% peranan dalam keberhasilan seseorang. Dan kecerdasan intelektual hanya 20% saja.

Bukan hanya dari penelitian ilmiah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita bisa membuktikannya sendiri. Bahwa kecerdasan dalam pengelolaan dan pengendalian emosi nyata sekali membawa pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan kita. Dan sebaliknya ketidakmampuan kita dalam mengelola emosi dengan baik akan berdampak buruk dan keadaan hidup yang serba tidak nyaman. Bukan hanya emosi negatif berupa marah, sedih, benci, kecewa, menyesal dan sebagainya. Namun juga emosi positif berupa senang, antusias, menggebu-gebu, bersemangat dan lain-lain. Jika terlalu berlebihan, jika tidak terkontrol, jika tidak dimanage dengan baik, sama saja akan berdampak buruk juga.

Segala sesuatu yang disikapi dengan emosional yang tinggi akan sangat menguras energi. Segala yang mendapat perhatian berlebihan akan menciptakan kemelekatan yang besar. Semakin melekat semakin jiwa kita terikat, semakin terkuras energi kita, dan kita semakin menderita.

Belum lagi soal keterlibatan hubungan dengan orang lain. Benturan, gesekan dan konflik horizontal sering terjadi akibat kurangnya kecerdasan manusia dalam mengelola emosinya. Orang boleh pintar setinggi langit, orang boleh memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata. Namun jika tidak punya kecerdasan emosional, tidak mampu memanage emosinya dengan baik ia akan selalu salah posisi. Salah menempatkan diri, karena tidak mampu memahami situasi dan kondisi, sehingga akan kehilangan respek dari orang lain. Dalam istilah orang Jawa menyebut tidak paham “empan papan”. Dari sinilah konflik sering muncul. Maka kehidupan yang harmonis akan sulit untuk mendapatkannya.

Ekspresi Diri Menunjukkan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional juga terlihat jelas dalam cara mengekspresikan diri. Terutama di era keterbukaan seperti saat ini. Munculnya sosial media semakin mempermudah orang untuk mengaktualisasikan diri dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dalam jangkauan global tanpa hambatan jarak dan waktu. Kurangnya kecerdasan dalam mengelola emosi akan membuat seseorang sering lepas kontrol dalam mengekspresikan dirinya. Terlalu senang, terlalu bangga, terlalu antusias, terlalu marah, terlalu sedih.

Dan terlalu-terlalu yang lain, sampai terkadang membuka rahasia diri dan keluarga, atau “mbuka wadine dhewe” dalam istilah orang Jawa. Atau berdebat dan bertengkar di sosial media karena beda pemahaman. Atau juga sampai kebablasan dalam menyampaikan uneg-uneg (isi hati, pendapat, gagasan). Kalau kata orang Jawa “keladuk wani kurang deduga” yang akhirnya menyeret diri untuk tersandung berbagai masalah dan kasus hukum. Pencemaran nama baik, menyinggung otoritas, melanggar undang-undang ITE dan sebagainya. Itu yang merupakan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi, tidak seharusnya diungkapkan, karena tidak pada tempatnya. Salah momentum, tidak relevan, tidak sesuai kapasitas diri dan lain-lain. Semua disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi. Kurang cerdas dalam mengelola emosi, yang akhirnya menimbulkan berbagai masalah dan kerugian yang besar.

Hal-hal tersebut seharusnya bisa dihindari jika setiap manusia bisa mengontrol emosinya dengan baik. Bisa mengendalikan emosinya sehingga empan papan, sehingga tepat sasaran dan pas pada momentumnya. Itulah gunanya mempelajari kecerdasan emosional.

Kecerdasan intelektual bisa kita pelajari di semua jenjang pendidikan akademik. Ada patokan dan kurikulum secara internasional, bahkan dilegitimasi dengan berbagai ijasah dan sertifikat. Namun kecerdasan emosional tidak populer dan jarang orang berminat untuk mempelajari. Padahal begitu pentingnya untuk menunjang pengembangan diri dan kenyamanan hidup manusia. Adapun masuk dalam studi ilmu psikologi namun tidak secara detail dibahas atau dibuat kurikulumnya. Pelajaran tentang manajemen emosi lebih menarik untuk orang-orang yang berusaha mempelajari diri sendiri, para pejalan spiritual. Karena pengendalian emosi lebih cocok dipelajari dalam laku hidup sehari-hari secara langsung. Tanpa perlu dikonsep terlalu rumit, atau dibuatkan teori panjang lebar.

Melatih Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosional bisa dilatih dengan berbagai laku pengendalian diri. Ketajaman rasa dan intuisi, melatih kepekaan batin dan empati, rasa toleransi yang tinggi dan menghargai berbagai bentuk perbedaan. Melatih diri untuk tidak mudah tersinggung atau istilah kekiniannya baperan. Perbanyak referensi dan literasi, kuasai wawasan seluas-luasnya. Jangan merasa diri sebagai yang paling benar dan paling pintar, selalu open minded dan bersedia menerima hal-hal baru.

Tidak populer, tidak menarik, tetapi sangat fundamental dan mendasar. Itulah kecerdasan emosional.

Nunik Cho

Kecerdasan Emosional Fundamental Tidak Populer

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : Nunik Cho
I'm nothing, but everything
Nunik Cho avatar

Nunik Cho

I'm nothing, but everything

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet