Pengalaman Buruk Di Jamban
HOW Jamban ARE YOU?
Jamban, I’m in trouble!
Ketika saya berkesempatan menyalurkan hobi traveling baru-baru ini, sekian kali saya ketiban kejadian nyeleneh di jamban umum. Mulai dari yang aneh, bikin shock, bahkan sampai kepingin menangis pernah saya alami.
Segereget apa sih hal-hal yang bisa terjadi di balik pintu jamban..?
- AMSTERDAM
Saya sedang menunggu kereta api tujuan Rotterdam waktu tiba-tiba kebelet ke kamar kecil di Amsterdam Central Station. Yang mengantri mau ke jamban ramai banget, sehingga orang yang tadinya cuma kebelet level pemula bisa berujung histeris di level tari kejang karena tidak tahan lagi.
Begitu giliran saya tiba, saya hampir membelah pintu jamban saking kebeletnya. Setelah lega membuang hajat dan bebersih, barulah saya menyadari ada yang tidak beres dengan jamban satu ini. Saya tidak bisa menemukan tombol flush!
Ya amplop, matilah Dora The Explorer! Saya berputar-putar tidak karuan dalam bilik sempit itu sambil menjambak-jambak rambut. Frustrasi meratapi “barang bukti” yang terpampang cetar membahana dalam cekungan mangkuk jamban. Tambah lagi antrian panjang di luar yang bikin makin parno maksimal.
Apa boleh buat? Akhirnya saya mengambil keputusan yang paling putus asa yang pernah saya bikin dalam bilik jamban. Saya akan melarikan diri sekencang-kencangnya saat keluar nanti!
Sambil menahan napas saya pasang kuda-kuda bersiap kabur. Tepat ketika gagang pintu saya tekan ke bawah … “Bluuussshhh..”. Si jamban uedan itu tiba-tiba nge-flush automatically karena terkoneksi ke gagang pintu.
VERDOMME!! Penting banget ya bikin orang yang sudah setengah mati kebelet harus tambah jantungan pula, Meneer?!? 😤😤
Sungguh satu pengalaman buruk di jamban!
- FRANKFURT
“Where’s the nearest restroom, Sir?”
“Right over there.”
Saya celingukan kesana kemari.
“But……… where?”
“There! Right over thereeeee…”

Tempat yang jadi rujukan oleh si petugas sebagai “right over there” adalah sebuah trotoar lebar di seberang jalan di tengah-tengah keramaian pejalan kaki. Ini saya yang kelihatan seperti manusia primitif yang siap buang hajat di semak-semak kapan saja, atau petugas ini yang sarap sih?
Melihat ekspresi “tidak sudi buang hajat di semak-semak” tergambar jelas di muka saya yang cemberut, si petugas meminta koin €1. Ia kemudian membimbing saya menyeberang jalan. Si sesemamas memasukkan koin di sebuah tiang lalu menekan tombol.
Mendadak tanah di bawah kaki saya bergemuruh dan “Nguuuuuunnggg…”. Sebuah kapsul raksasa muncul ke permukaan! Kapsul itu ternyata sebuah bilik jamban single yang bila tidak ada pengguna dalam jangka waktu tertentu akan nyungsep balik ke dalam tanah dan kembali menjadi bagian dari trotoar.
Set dahh, saat itu tampang saya terjamin primitif 100%!
- MILAN
Ini kebeletnya waktu lagi healing-healing ke San Siro Stadion. Kira-kira satu jam perjalanan dari pusat kota Milan. Public jambannya berupa sebuah ruangan kontemporer yang pembangunannya di bawah tanah. Nyaris seluruh ruangan terbuat dari material kaca. Pintu kaca, langit-langit kaca, lantai kaca, jamban kaca dan washtafel kaca.
Servis area berdesain high-end ini hanya berisi dua bilik jamban saja yang letaknya saling berhadapan. Ketika saya masuk ke dalam bilik jamban, seorang nenek juga masuk ke bilik di depan saya.

Ok, saya ulangi! Seluruh ruangan terbuat dari kaca. Kaca bening. Tembus pandang. Dengan posisi jamban saling berhadapan. Epic, isn’t it?
Lama saya dan si nenek saling berpandang-pandangan dari balik pintu kaca kami masing-masing. Just don’t have any idea to execute.
Well, bagaimanakah cara melenyapkan pemandangan seorang nenek kecil keriput dalam jarak pandang ketika sedang butuh privasi untuk bermanuver di atas jamban transparan ini? Lebih tepatnya itulah masalah yang harus saya pecahkan saat itu.
Mungkin karena tidak tahan lagi, dari bilik seberang si nenek berteriak ke arah saya, “DO YOU MIND”? Sambil memeragakan orang yang sedang memelorotkan celananya.
Saya balas berteriak histeris, “YESSS!! I DO MIND”!!! Sambil mendelik ganas tanpa belas kasihan ke arah si kecil keriput. Saya sama sekali tidak butuh melihat replika tubuh bagian pinggang ke bawah berusia hampir satu abad itu!
Tiba-tiba muncul dewi penyelamat berseragam cleaning service di pintu masuk. “Just lock the door properly and you’ll be fine”.

Benar saja. Begitu pintu terkunci hingga terdengar ‘klik’, wujud kaca tembus pandang itu perlahan-lahan mulai blur. Kemudian berubah menjadi dinding yang solid sepenuhnya.
Terima kasih Italia, untuk pengalaman buang hajat di kapal induk Star Trek ini!
- ZURICH
Jamban kali ini merupakan hasil pernikahan silang kedua jamban yang saya ceritakan sebelumnya. Lebih jelasnya, jamban yang saya temukan di Zurich ini mengadopsi rancang bangun jamban transparan ala Milan dan menyontek lokasi penempatan ala Frankfurt yang nyembul tiba-tiba kayak komedo kepencet, di tengah-tengah trotoar umum.
Sudahlah nampang di jalan raya, transparan pula! Untungnya dari sisi luar, dinding jamban ini berfungsi sebagai cermin tak tembus pandang. Namun dari sisi dalam seperti jendela sehingga sambil buang hajat saya bebas menonton segala kegiatan di luar jamban!

Sumpah, serasa sedang casting untuk film “Beranak Dalam Jamban”..!!!
- NEW YORK
Saya numpang buang air di salah satu pusat perbelanjaan di Manhattan Time Square. Itu adalah jamban umum paling ricuh yang pernah saya masuki. Dari masing-masing bilik terdengar desahan, pekik tertahan bahkan teriakan!

Demi Harpic Biru dan Harpic Merah yang mampu menghilangkan kamar mandi, APA-APAAN INI?!?
Ketika akhirnya saya melongok ke dalam, saya menemukan sebuah benda yang seumur hidup tak akan pernah saya bayangkan bisa berada di dalam jamban. Sepasang pedal sepeda!!!
Pedal ini tersambung dengan badan jamban dan berfungsi untuk memompa air. Baik untuk keperluan “wash” maupun “flush”. Jadi desahan dan teriakan yang saya curigai sebelumnya ternyata yel-yel penyemangat diri sendiri ketika mengayuh si pedal. Karena semakin hot Anda menggowes, makin cepat urusan Anda selesai.
Tareeekkk, Maanggg!!!
- PARIS
Saat lagi ngopi-ngopi syantik di sebuah cafe di depan Notre Dame Cathedral. Saya menyelinap ke jamban warung kopi klasik itu. Jambannya normal layaknya WC umum yang banyak kita temukan di Indonesia.
Setelah selesai bongkar muatan, saya panik tingkat internesyenel begitu mengetahui bahwa tuas flush-nya jebol tak berfungsi. Dengan berkunang-kunang saya kembali menatap barang bukti tak senonoh di cekungan mangkuk jamban. NOT AGAIN!!!
Saya terus mencoba nge-flush mungkin ada 10-15 kali tanpa harapan. Kali ini option hit and run tidak bisa menerapkan, mengingat ada secangkir kopi yang belum saya bayar di depan sana. Maka saya putuskan untuk mengadukan insiden berbau tak sedap ini pada pihak manajemen cafe.

Oh please, saya harus mencantumkan disclaimer terlebih dahulu di sini. Tak pernah saya temukan di belahan bumi lain orang-orang yang alergi menggunakan Bahasa Inggris melebihi orang Perancis!
Dengan susah payah saya menceritakan insiden yang terjadi di dalam jamban mereka. Because they can’t speak any English and I don’t understand one damn word in French.
Setelah menari kecak beberapa saat, akhirnya saya berhasil memaksa si manajer cafe untuk ikut masuk ke dalam jamban. Keburu merasa puas, dengan heroiknya saya mengacungkan telunjuk ke arah tumpukan harta karun yang teronggok di dasar jamban. Kemudian dengan heroik pula mendemonstrasikan tuas flush yang rusak. Namun yang terdengar kemudian adalah… “Bluuuuuusshh…”.
EVERYTHING WORKS PERFECTLY! 🙈🙈🙈
Si manajer menatap sadis ke arah saya seolah-olah telah menciduk seorang eksibionis yang memang memamerkan kotorannya dengan sengaja.
Ini sepertinya pengalaman buruk di jamban paling parah!
Terdengar soundtrack Killing Me Softly di latar belakang…
Seberapa geregetnya pengalaman jamban Anda?
Penulis anonim.
Pengalaman Buruk Di Jamban
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar