Julid Adalah Tanda Hidup Tidak Berkualitas

Julid Adalah Tanda Hidup Tidak Berkualitas

Istilah julid dipakai oleh masyarakat kekinian untuk menggambarkan sikap orang yang menyimpan rasa iri dan dengki terhadap orang lain, dan ditandai dengan sikap suka “nyinyir”, mengomentari orang lain secara berlebihan, menggunakan kata-kata pedas sampai hinaan.

Latar belakang mengapa seseorang terbiasa nyinyiran karena sebenarnya memang orang tersebut menyimpan rasa iri, dengki, dan tidak suka terhadap apapun yang dilakukan oleh objek yang dinyinyiri itu. Orang tersebut akan menghabiskan banyak sekali waktu dan tenaganya untuk selalu memantau, mengamati, menyelidiki, dan menganalisis apa saja yang dilakIstilah julid dipakai oleh masyarakat kekinian untuk menggambarkan sikap orang yang menyimpan rasa iri dan dengki terhadap orang lain,ukan si objek. Selanjutnya hasil pengamatan itu digunakan sebagai bahan untuk nyinyir. Bermodalkan rasa tidak suka, apa pun yang dilakukan si objek akan terlihat buruk dan pantas untuk dinyinyiri, dikomentari negatif.

Sedangkan rasa tidak suka, iri, dengki itu lahir dari rasa “tidak mau menerima” bahwa orang lain ternyata bisa melakukan sesuatu hal, entah itu bersikap, berbuat, berkarya, berprestasi, dll. Rasa tidak mau menerima ini disebabkan oleh rasa lain yang lebih mendasar lagi, yaitu rasa takut tersaingi, rasa takut kehilangan eksistensi karena ada pesaing. Jadi pola pikir yang tertanam di dalam dirinya, bahwa hidup adalah suatu persaingan, kompetisi, maka dia “menciptakan pesaing/kompetitor”, menciptakan musuh secara pelan-pelan. Bahwa untuk bisa eksis jangan sampai ada orang lain yang menyaingi, jangan ada presisi, apalagi ada orang yang posisinya lebih tinggi. Bahwa untuk bisa eksis semua orang harus berposisi lebih rendah dari posisinya, maka siapapun yang kelihatan menonjol dan mencolok akan dianggap telah menjadi pesaing bahkan musuh. Sehingga perlu dimusuhi atau bahkan disingkirkan.

Julid, nyinyiran adalah tameng untuk menyembunyikan rasa iri dan takut tersaingi, sekaligus sebagai cara halus untuk menyingkirkan pesaing tadi. Berharap orang-orang di luar sana akan mendukung nyinyiran dia, sehingga punya pasukan untuk sama-sama menyingkirkan si pesaing. Dengan begitu orang yang julid akan merasa “aman”. Maka bisa disimpulkan bahwa orang julid sebenarnya punya background mental insecure, merasa tidak aman dan terancam, ketakutan berlebihan, merasa terintimidasi, takut tidak eksis, tidak percaya diri, minder, dan penuh kebencian.

Sangat jelas orang julid hidupnya tidak tenang. Selalu dihantui ketakutan dan rasa tidak aman, hasil olah pikirnya sendiri, hasil kesalahan menempatkan posisi diri diantara orang-orang lain, karena tidak memahami diri sendiri sehingga tidak percaya diri. Dan lebih parahnya menganggap orang lain, terutama yang dianggap pesaingnya, harus disingkirkan sehingga dia bisa eksis tanpa pesaing.

Ada pepatah, “iri tanda tak mampu”.

Ini sangat cocok dengan keadaan orang yang julid. Orang Julid, yang menyimpan rasa iri memang benar, sesungguhnya dia tidak mampu memiliki versi diri terbaiknya. Tapi menjadikan orang lain sebagai dalih dan kambing hitam atas ketidakmampuannya. Karena sungguh tidak relevan menjadikan hidup orang lain sebagai tolok ukur atau cermin, tidak relevan jika membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya path life nya sendiri, punya peran dan jatah lakonnya sendiri, punya ukuran dan parameternya sendiri, maka pasti akan punya pencapaiannya sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lainnya. Sehingga juga sebenarnya hidup ini tidak cocok jika disebut kompetisi. Yang perlu dicapai oleh setiap orang adalah menjadi dirinya sendiri dengan versi terbaiknya, dari waktu ke waktu. Dan itu setiap orang pasti berbeda.

Karena begitu seseorang telah mencapai versi terbaik dari dirinya sendiri, otomatis dia akan sibuk dengan dirinya sendiri, tidak ada energi tersisa, tidak ada ruang pikiran yang tersisa, untuk nyinyir dan julid ke orang lain. Hidupnya terlalu sibuk menikmati prosesnya sendiri, waktu dan tenaganya sangat terbatas untuk menikmati lakonnya sendiri. Mana ada waktu untuk julid, mana ada tenaga untuk nyinyir? Tidak terpikirkan. Itulah hidup yang berkualitas.

Hidup yang berkualitas adalah hidup yang nikmat dan bisa dinikmati, 24 jam sehari itu kurang untuk menikmati hidupnya sendiri, tidak ada waktu untuk sekedar bosan, mana mungkin ada waktu untuk julid. Jadi orang yang julid jelas hidupnya tidak berkualitas, tidak tenang, tidak bisa menikmati, terus menerus ketakutan oleh keberadaan orang lain. Lama-lama sakit jiwa dan hidupnya morat marit. Sangat perlu mulai mempelajari diri sendiri, mencintai dan menerima diri sendiri, menciptakan versi terbaik dari diri sendiri agar terhindar dari kejulidan.

Julid Adalah Tanda Hidup Tidak Berkualitas

Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya

About the author : Nunik Cho
I'm nothing, but everything
Nunik Cho avatar

Nunik Cho

I'm nothing, but everything

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet