3 Fakta Menarik Rumah Tradisional Limasan Jawa
Budaya tak hanya sebatas kesenian dan bahasa, namun juga bangunan arsitektur. Dari budaya kita bisa menilai ketinggian peradaban sebuah bangsa. Bahkan sebuah arsitektur hunian juga bisa mencerminkan ketinggian derajat sang pemiliknya.
Seperti halnya rumah limasan, rumah adat tradisional jawa yang sering kita jumpai saat berkunjung ke Provinsi Jawa tengah atau Yogyakarta ini ternyata mengandung unsur pemanfaatan, filosofi dan kental akan simbul makna budaya. Rumah adat limasan memiliki bangunan berbentuk persegi panjang atau lebih tepatnya bentuk limas. Bangunan Limasan memiliki empat buah atap, dua atap kejen serta buah atap bronjong. Bentuk dari atap kejen yaitu segitiga sama kaki. Setelah sekian kali mengalami pengembangan, terdapat emper-emper di sisi.
Sementara itu, atap bronjong memiliki bentuk jajar genjang sama kaki. Limasan sendiri memiliki sejumlah jenis dengan desain yang cukup berbeda antara satu jenis dan jenis rumah lainnya. Jenis rumah tradisional ini memiliki banyak ragam serta kelebihan. Salah satu kelebihannya adalah.
1. Rumah Limasan Sebagai Mitigasi Bencana
Rumah limasan yang keseluruhannya terbuat dari kayu ini memiliki bentuk bangunan yang mampu melawan terik panas matahari dan derasnya hujan. Meski terpapar panas dan hujan, rumah Jawa tetap memiliki sirkulasi udara yang baik di dalamnya.
Tak hanya itu rumah limasan juga mampu meminimalkan bencana alam entah angin puting beliung maupun gempa bumi yang kerap terjadi Indonesia. Karena bentuknya yang terbuat dari kayu maka akan lebih lentur saat terjadi guncangan gempa bumi.
Melihat dari keamanan manfaatnya maka pada masa kolonial banyak bangunan yang di bangun pada masa kolonial belanda mengadopsi arsitektur rumah limasan.
2. Rumah Limasan Sebagai Warisan Budaya Arsitektur Jawa
Melihat fungsi dan pemanfaatannya maka rumah limasan bisa di katakan sebagai warisan budaya arsitektur masyarakat jawa. Hal tersebut dapat terbukti dari relief candi borobudur. Relief tersebut menggambarkan rumah penduduk yang berbentuk seperti rumah Jawa sekarang, tetapi memiliki jarak antara tanah dengan rumah, atau dalam kata lain seperti rumah panggung.
Bahan material rumah yang dipakai saat itu adalah anyaman bambu atau kayu. Rumah tersebut memiliki pola lantai berbentuk persegi panjang seperti rumah Jawa Limasan atau Joglo. Atapnya menggunakan atap rumah Limasan, Kampung, dan Tajuk. Sudah sepatutnya masyarakat jawa pada masa modern ini bisa melestarikan keberadaan rumah limasan ini.
3. Fakta Menarik Rumah Limasan Memiliki Syarat Makna Filosofi Jawa
Rumah Jawa melambangkan status sosial penghuninya. Terdapat lima jenis rumah yang memiliki atap berbeda, yaitu Panggang Pe, Kampung, Limasan, Joglo, dan Tajug. Atap rumah Panggang Pe merupakan atap yang paling sederhana dibanding empat model lainnya karena berbentuk miring ke satu sisi atau berat sebelah. Biasanya rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus warung untuk berjualan. Rumah Kampung merupakan rumah rakyat biasa yang memiliki bentuk atap seimbang antara sisi kiri dan kanannya sehingga membentuk segitiga runcing.
Rumah Limasan adalah rumah yang bisa dikatakan memiliki strata cukup tinggi dan paling banyak digunakan oleh rakyat Jawa. Berbeda dengan rumah Kampung, atap rumah Limasan menutupi bagian atas rumah pada empat sisinya dan berbentuk segitiga tumpul.

Rumah Joglo adalah rumah yang paling mewah. Biasanya yang menempati rumah Joglo adalah bangsawan. Atap utamanya berbentuk curam dan tiang lanjutannya melandai tetapi tidak sepanjang rumah Limasan. Terakhir, rumah Tajug merupakan rumah yang kerap berfungsi sebagai masjid. Rumah Tajug memiliki bentuk atap yang runcing dengan empat sisi.
Untuk saat ini rumah tradisional jawa ini telah banyak di modifikasi tanpa meninggalkan nilai estetik dari arsitekturnya. Namun hingga saat ini pun di Yogyakarta khusunya di kabupaten gunungkidul, masyarakatnya masih menjaga keaslian rumah tradisional jawa ini khusunya rumah limasan.
Bila kita jumpai rumah limasan yang asli di Kabupaten Gunungkidul biasanya memiliki atap jogan (teras) dan juga pintu yang pendek. Bila kita memasuki rumah limasan tersebut, kita harus lebih menundukkan kepala. Filosofinya yaitu seorang tamu harus lah menghormati sang tuan rumah.
Dari semua keunggulan peninggalan arsitektur jawa ini patutnya kita bangga dengan budaya, adat dan sejarah yang dimiliki, walaupun pemerintah saat ini banyak memberikan program rumah layak huni seperti program RTLH, dan BSPS namun keberadaan rumah tradisional limasan tidak punah dimakan jaman.
Artikel ini telah terbit di KabarDesaKita.com
3 Fakta Menarik Rumah Tradisional Limasan Jawa
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar