Bapak Republik Indonesia Pahlawan Nasional Terlupakan
Sosok Tan Malaka kembali terungkit, kali ini oleh PA 212.
Edi Suwiknyo – Bisnis.com 06 Januari 2021 | 11:45 WIB
Mereka menolak materi Tan Malaka mendapat ulasan lebih dalam di buku sejarah.
Alasannya klasik karena Tan Malaka berideologi komunis.
Jadi Buruan Belanda Berakhir Di Moncong Senjata Tentara Indonesia
Wakil Sekretaris Persaudaraan Alumni atau PA 212 NB menolak usulan materi tentang sosok Tan Malaka mendapat ulasan lebih dalam di buku sejarah. Alasannya, Tan Malaka adalah tokoh komunis.
Padahal pada dekade 1960-an, Tan Malaka telah menerima ketetapan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Sukarno. Selain itu, sosok Tan Malaka adalah pejuang yang gigih dalam membebaskan Indonesia dari cengkeraman “kolonialisme” Belanda.
Dia adalah pejuang sekaligus pemikir futuristik. Konsepsi kebangsaannya sangat kuat. Salah satu karya monumentalnya, Naar de Republiek Indonesia atau Menuju Republik Indonesia tertulis pada tahun 1925. Jauh sebelum Sumpah Pemuda 1928 yang legendaris itu tergaungkan.
Artinya, dengan sepak terjangnya di dalam politik pergerakan, sosok Tan Malaka tak bisa begitu saja terhapus dalam lintasan sejarah Indonesia, terutama jika membicarakan masa pegerakan hingga revolusi kemerdekaan.
Tan Malaka bersama Sukarno, Hatta, dan generasi sepantarannya bisa terbilang sebagai anak zaman. Tokoh pergerakan yang sangat masyhur dan berpengaruh. Sikap politiknya keukeuh, jelas dan tak mencla-mencle seperti politisi saat ini.
Konon, karena keteguhan sikapnya itu, Tan Malaka sering keluar masuk bui atau berpindah-pindah negara untuk menghindari aksi penangkapan dari pemerintah kolonial.
Selain itu, meski terkenal sebagai tokoh komunis internasional, Tan Malaka sangat kritis terhadap tindak-tanduk pemimpin PKI. Ia menentang keras rencana pemberontakan PKI 1926 di Sumatra Barat dan sebagian Jawa. Gerakan komunis waktu itu, menurut Tan Malaka, masih lemah dan akan sangat mudah tertumpas oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kelak karena sikapnya yang sering berseberangan dengan tokoh PKI, Tan Malaka kemudian mendapat cap sebagai kaum Troksky oleh PKI. Pembangkang komunisme garis Stalinis. Kisah Trotsky agak mirip dengan Tan Malaka, ia terusir dari Uni Soviet ketika Stalin berkuasa. Hidupnya kemudian berpindah-pindah. Keduanya juga sama-sama tereksekusi oleh penguasa. Bedanya, Trotsky meninggal terbunuh ‘Algojo Stalin’ di tempat pengasingannya, Meksiko. Tan Malaka tereksekusi oleh moncong senjata tentara republik.
Eksekusi Tan Malaka tak lepas dari sikap tegasnya kepada pemerintahan Sukarno – Hatta.
Baginya kemerdekaan tak bisa ada kompromi. Tan Malaka mengecam sikap kompromi yang terlihat pada pemerintahan Sukarno-Hatta Cs terhadap Belanda. “Merdeka 100 persen,” demikian kata-kata Tan Malaka yang paling heroik waktu itu.
Harry A Poeze, seorang penulis yang juga sejarawan asal Belanda dalam buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia menulis Tan Malaka tetap berkukuh tak mau berdamai dengan Belanda yang ingin kembali bercokol di Indonesia. Berbanding kompromi, ia memilih jalan pedang, perjuangan bersenjata bukan jalan diplomasi.
Tan Malaka kemudian membentuk ‘Persatoean Perdjoeangan’. Gerakan ini segera menjadi salah satu oposisi yang cukup berpengaruh. Gesekan dengan pendukung Sukarno-Hatta tak bisa terelakkan.
Tan Malaka kemudian ikut angkat senjata dan menjadikan Kediri sabagai markas perlawananya terhadap Belanda. Ia mempersiapkan rakyat untuk perang gerilya. Di sisi lain, sikap kritisnya terhadap pemerintahan moderat pimpinan Sukarno-Hatta tak pernah padam. Ia juga menuduh TNI terlalu putus asa.
Namun sikap Tan Malaka menimbulkan anggapan terlalu mengganggu pemerintah yang waktu itu sedang menghadapi Agresi Belanda. Harry menulis TNI kemudian bereaksi. Markas Tan Malaka di Kediri ditumpas tentara.
Urang Minang, yang berjuang di masa pergerakan hingga revolusi kemerdekaan itu kemudian menerima eksekusi oleh satuan lokal tentara republik di sebuah lembah sempit jauh dari hiruk pikuk politik ibu kota, tepatnya di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. “Kematiannya harus jadi rahasia ,” pungkas Harry A Poeze.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com.
Bapak Republik Indonesia Pahlawan Nasional Terlupakan
Biografi Tan Malaka klik Di Sini.
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar