Cara Urang Kanekes Mencintai Negeri

Cara Urang Kanekes Mencintai Negeri

Ketika kita mendengar kata Kanekes, tebersit langsung dalam benak kita dengan suku unik berdialek Sunda. Khususnya yang mendiami daerah Rangkasbitung (Kabupaten Lebak) di ujung barat Pulau Jawa, Provinsi Banten.

Suku ini mendiami Desa Kanekes (yang terlewati aliran sungai Cibaduy), daerah dataran tinggi di wilayah Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak dan berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang.

Oleh sebab itu, masyarakat suku Kanekes juga mempunyai sebutan ‘urang Kanekes’, yang berarti orang yang berasal dari Kanekes. Salah satu warisan budaya yang eminen dan masih bertahan di era modern dari urang Kanekes adalah upacara seba.Masyarakat Banten mengenalnya sebagai seba Kanekes.

Aktualisasi Budaya Bernilai Adiluhung

Konstitusi kita melalui amendemen kedua UUD 1945 (Pasal 18B), mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya. Seba Kanekes merupakan salah satu tradisi adat yang bernilai adiluhung dan harus urang Kanekes lakukan setiap tahunnya. Negara menjamin dan melindungi aktualisasi budaya dari masyarakat hukum adat ini.

Seba (persembahan) merupakan rangkaian upacara tradisi adat yang berlangsung setelah Kawalu dan Ngalaksa (melaksanakan puasa kawalu dan bersilaturahmi kepada kerabat dan tetangga dengan membawa hasil panen/membuat makanan Laksa). Merupakan perwujudan ketaatan urang Kanekes kepada pemerintah RI. Secara simbolis, mereka lakukan kepada kepala pemerintahan di daerah yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten. Seba ini telah berlangsung sejak zaman kejayaan Kesultanan Banten.

Cara Urang Kanekes Mencintai Negeri

Ritual seba secara umum berawal dengan terpilihnya perwakilan urang Kanekes oleh para tetua adat dan tetua adat tertinggi (Puun). Perwakilan urang Kanekes akan turut serta dalam perjalanan dari wilayah Kanekes Dalam (Kanekes Tangtu, berpakaian dan berikat kepala putih) dan Kanekes Luar (Kanekes Panamping, berpakaian hitam dan berikat kepala biru) menuju Pendopo Kabupaten Lebak dan berakhir di Pendopo Provinsi Banten.

Perjalanan seba Kanekes sejauh sekitar 80 kilometer. Dengan berjalan kaki, tanpa kendaraan (urang Kanekes dari wilayah Kanekes Luar dapat menggunakan kendaraan). Pada tahun 2018 sebelum pandemi Covid-19, jumlah peserta seba melebihi 1688 orang.

Berlangsung Terbatas Di Pendopo Kabupaten Lebak.

Selanjutnya, setelah rombongan sampai di pendopo kabupaten/provinsi, wakil para tetua adat (Tanggungan Jaro Duabelas) mengawali seba. Berawal dengan pengucapan tatabean (ucapan seserahan dalam bahasa asli Kanekes, berawal dengan ucapan salam “tabe”). Tatabean ini antara lain berisi laporan kondisi warga, kondisi hasil panen, dan kondisi keamanan wilayah.

Setelah itu dialog antara bupati/gubernur. Dialog ini menitikberatkan ucapan terima kasih pemerintah kepada warga wilayah Kanekes yang telah menjaga nilai-nilai warisan leluhur. Serta karena meeka selalu menjaga kelestarian alam dan menjaga lingkungan hidup dengan baik.

Seba Kanekes berakhir dengan penyerahan hasil bumi urang Kanekes (beras, ketan, gula aren, pisang, durian, talas dan sejenisnya), dan seperangkat alat dapur (kukusan bambu, bakul, kipas, centong, dulang dan sejenisnya) kepada bupati/gubernur. Makna yang terkandung dari penyerahan hasil bumi dan seperangkat alat dapur ini yaitu penegasan bahwa urang Kanekes adalah masyarakat petani yang amat sangat tergantung dari kondisi alam. Selain itu mereka juga memiliki tugas dari leluhurnya untuk menjaga kelestarian alam dan menjaga wilayah aliran sungai.

Ritual seba Kanekes membuktikan peran serta masyarakat hukum adat dalam pelestarian alam yang telah terlaksana jauh sebelum proklamasi negara Indonesia. Sebagai balasan, bupati/gubernur akan memberikan bingkisan kepada perwakilan urang Kanekes yag memimpin jalannya seba Kanekes.

Budaya Luhur Dari Seba Kanekes : Cara Urang Kanekes Mencintai Negeri

Budaya luhur yang terimplementasi melalui seba Kanekes telah mencontohkan kepada kita bahwa masyarakat hukum adat melalui aktualisasi budaya yang merupakan warisan lelulur masih dapat bertahan di tengah-tengah kemajuan zaman. Seba Kanekes memiliki tujuan penting bahwa manusia sebagai hamba haruslah selalu bersyukur dan mengharapkan keselamatan hanya kepada Sang Causa Prima. Urang Kanekes secara turun-temurun telah melaksanakan dan mampu mempertahankan religi dan tradisi dari leluhur mereka.

Secara khusus, seba Kanekes ini bertujuan untuk membawa amanat Puun, melaporkan kondisi/keadaan di wilayah Kanekes. Menyampaikan harapan urang Kanekes kepada pemerintah, menyerahkan hasil bumi, dan untuk mempererat ikatan silaturahmi secara formal kepada “Bapak Gede” (bupati/gubernur).

Kristalisasi nilai dari pelaksanaan seba Kanekes ini sesungguhnya menggambarkan bahwa masyarakat hukum adat kita (khususnya di wilayah Kanekes) telah melaksanakan salah satu konsep modern dari sistem pemerintahan demokrasi,. Yaitu adanya keterlibatan aktif dan dialog antara masyarakat dengan pemimpin pemerintahan.

Cintai Negeri Melalui Warisan Budaya

Urang Kanekes melalui ritual seba Kanekes telah mencontohkan kepada kita bahwa warisan budaya dari para leluhurnya. Memberikan pelajaran bagaimana manusia seharusnya memperlakukan alam dan lingkungan hidup sebagai subjek bukan hanya sebagai objek.

Alam dan lingkungan memiliki hak untuk lestari, dan masyarakat (termasuk kita semua) memiliki kewajiban melindungi dan mengelola alam secara bijak. Sangat menarik bahwa konsep perlindungan serta pengelolaan atas alam dan lingkungan hidup ini sudah leluhur kita lakukan jauh sebelum deklarasi Stockholm pada tahun 1972 sebagai landasan awal dalam pengaturan global mengenai perlindungan lingkungan hidup.

Seba Kanekes juga membuktikan bahwa berkontribusi untuk negeri dapat melalui komitmen dukungan loyalitas antara masyarakat adat (urang Kanekes) kepada pemerintah dan negara. Urang Kanekes membuktikan juga bahwa warisan budaya leluhurnya untuk menjaga dan melestarikan alam merupakan bukti nyata dari cara mereka mencintai negeri ini.

Artikel ini telah terbit di : DJKN

Cara Urang Kanekes Mencintai Negeri

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : Indica Curie
Just someone who loves tourism.
Indica Curie avatar

Indica Curie

Just someone who loves tourism.

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet