Sabda Palayuan Nara Yana Galuh Hyang Agung

Sabda Palayuan Nara Yana Galuh Hyang Agung

Ramalan tentang berbagai kejadian masa depan telah sering bermunculan di berbagai ruang dan waktu. Terserah mau percaya atau tidak percaya itu mah urusan masing-masing. Tapi mereka yang percaya pada ramalan leluhur sendiri akan sedikit lebih beruntung karena selalu “sadar dan cerdas” (eling lan waspada).

Ramalan yang paling terkenal di Indonesia (khususnya di tanah Jawa) adalah pandangan dari Prabhu Dharmasuci Sang Sri Aji Jayabhupati Anusapati (abad XII). Atau yang bergelar “Maharaja Resi Sri Aji Jaya Bhupati Jayamanahĕn Wisnumurti Sang Ramawijaya Salakabhuwana Mandalĕswaranindita Haragawardhana Wikramatunggadewa”.

Ramalan atau *kecerdasan analisa Sang Prabhu Dharmasuci itu pada masa sekarang terkenal dengan istilah Sabda Palayuan atau SABDO PALON.

– SABDO / Sabda, artinya “ucapan” atau kabar berita.

– PALON, berasal dari kata “palayuan” (layu).

PA = Tempat

Layu / Layuan = Layon itu artinya; lemah, kalah, tidak berdaya. Hal itu sama seperti arti dalam istilah “Bangsa Melayu / Malayu” yg artinya adalah “bangsa yang melemah / tidak berdaya / kalah”.

“Sabdo Palon” ini terikrarkan oleh Prabhu Dharmasuci karena datangnya bahaya gempuran pasukan islam Jenghis Khan di kawasan Nusantara, *bukan Indonesia. Kemudian tersabdakan kembali oleh Sang Nara Yana Galuh Agung Hyang Buni Sora (Lingga Hyang) atau Niskala Wastu Kancana (Wastu = Gelar, Kancana = Cahaya) karena datangnya bahaya gempuran oleh pasukan islam Kubilai Khan cucu dari Jenghis Khan.

Sabda Palayuan oleh Nara Yana Galuh Hyang Agung inilah yang pada masa sekarang terkenal sebagai Sabdo Palon Nayagenggong.

Konon katanya “Sabdo Palon / Sabda Palayuan” itu selalu terjadi setiap 500 tahun. Siklus ini bertanda gejolak alam seperti tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung “tertentu” yang rutin terjadi setiap 500 tahun sekali.

Maka SABDO PALON NAYAGENGGONG itu sama sekali bukan orang atau sosok tertentu atau peristiwa klenik yang tidak berdasar pada logika kejadian. Justru ini adalah kecerdasan para leluhur bangsa kita yang mampu mengenali siklus kehidupan di kawasan “Ring Of Fire” dan konstelasi perbintangan.