Uni Eropa Blokir 300 Ribu Ton Pupuk Gratis Rusia Untuk Negara Miskin
Saat ini Rusia memiliki 300 ribu ton pupuk yang tertahan di pelabuhan-pelabuhan Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Uni Eropa memblokir 300 ribu ton pupuk Rusia untuk pengiriman ke negara-negara miskin. Putin telah menjanjikan untuk membagikan secara gratis pupuk tersebut.
“Sinisme tertinggi adalah bahwa bahkan tawaran kami untuk mentransfer secara gratis 300 ribu ton pupuk Rusia yang terblokir di pelabuhan-pelabuhan Eropa karena sanksi kepada negara-negara yang membutuhkannya masih belum mendapat jawaban,” kata Putin dalam sebuah pidato, Selasa (20/9/2022).
Putin memahami perhimpunan Benua Biru tak menghendaki perusahaan-perusahaan Rusia untuk memperoleh keuntungan. “Namun kami ingin menyumbangkan (pupuk tersebut) ke negara-negara yang membutuhkannya,” ujarnya.
Pekan lalu, Putin mengungkapkan, negaranya siap membagikan 300 ribu ton pupuk gratis ke negara-negara berkembang. Hal itu bakal berlaku jika Eropa meringankan sanksi terhadap aktivitas ekspor Moskow.
Putin mengapresiasi keputusan Uni Eropa untuk meringankan sejumlah sanksi logistik terhadap ekspor Rusia. Namun dia menuding organisasi perhimpunan Benua Biru itu bertindak “egois” karena hanya mencabut sanksi bagi anggotanya sendiri.

“Hanya mereka yang bisa membeli pupuk kami. Tapi bagaimana dengan negara berkembang dan negara termiskin di dunia?” kata Putin saat berbicara di KTT Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang tergelar di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (16/9/2022), mengutip laman TRT World.
Putin mengungkapkan, saat ini Rusia memiliki 300 ribu ton pupuk yang tertahan di pelabuhan-pelabuhan Eropa. Dia mengatakan, pupuk itu siap mengirim ke negara berkembang secara gratis ketika sanksi terhadap ekspor Rusia tercabut.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Barat tidak memenuhi janjinya untuk membantu negaranya melakukan ekspor makanan dan pupuk. Hal itu memicu keraguan pada Moskow untuk memenuhi komitmennya terkait perjanjian koridor pengiriman gandum yang sudah tercapai dengan Ukraina.
Lavrov mengungkapkan, Barat sama sekali tidak melonggarkan sanksi untuk memudahkan Rusia mengekspor produk pertaniannya ke luar negeri. “Rekan-rekan Barat kami tidak melakukan yang sesuai janji kepada kami oleh Sekretaris Jenderal PBB,” katanya dalam sebuah konferensi pers di Moskow, 6 September lalu.
Menurut dia, hal itu pun berlaku pada komoditas pupuk Rusia. “Mereka (Barat) tidak mengambil keputusan untuk menghapus sanksi logistik yang mencegah akses bebas gandum dan pupuk Rusia ke pasar dunia,” ucapnya.
Lavrov mengungkapkan, dia terus melakukan kontak dengan PBB. Dia menekan PBB untuk memastikan negara-negara Barat menerapkan poin-poin kesepakatan dalam perjanjian koridor gandum. Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu tertanda tangan di bawah pengawasan PBB dan Turki.
Dengan perjanjian tersebut, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang tercapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.
Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya terebut dan terkuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.
Uni Eropa Blokir 300 Ribu Ton Pupuk Gratis Rusia Untuk Negara Miskin
Berita pernah muat di republika.co.id.
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar