Falsafah Sawang Sinawang

Falsafah Sawang Sinawang

Di keseharian kita sering menemukan orang-orang yang merasa insecure dan tidak percaya diri. Atau mungkin itu adalah diri kita sendiri. Dalam keadaan tertentu kita mungkin sering terbentur oleh rasa tida percaya diri, minder atau merasa terancam. Karena kita selalu melihat orang lain dari apa yang mereka tampilkan di luar, utamanya melalui sosial media.

Jangan mudah percaya dengan performa, apalagi di sosial media. Penampilan di sosial media hampir semua palsu belaka.

Kenapa menampilkan banyak kepalsuan? Alasannya macam-macam, untuk mendokumentasikan peristiwa yang dianggap berharga, untuk menghibur dan menguatkan diri sendiri, untuk saling bersosialisasi, untuk berjualan dan mencari laba, untuk berbagi informasi dan publikasi, untuk pamer biar dianggap bahagia, atau sedang bahagia beneran.

Semua sah-sah saja, selama tidak melanggar aturan dan merugikan orang lain. Kalaupun ada yang asli, toh itu hanya sepenggal momentum, satu titik saat yang diabadikan dalam sebentuk bingkai gambar atau visual, setitik waktu dari seluruh bentangan garis waktu yang orang tersebut hadapi dalam hidupnya. Kita tidak tahu, behind the scene, pertarungan macam apa yang mereka alami.

Kita harus tau bahwa di dunia ini tidak ada orang yang hidupnya selalu mulus dan baik-baik saja. Semua sedang sibuk berjuang dalam lakon hidupnya masing-masing cuma perannya beda-beda.

Di Jawa ada pepatah ‘sakdermo sawang sinawang’. Kita itu terbiasa hanya nyawang atau memandang penampilan luar dari orang lain yang kelihatannya hidup mereka serba nyaman dan santuy, padahal kita tidak tahu kesulitan dan keruwetan hidup macam apa yang sedang mereka hadapi. Dan ternyata orang lain memandang kita juga sama demikian.

Kalau di Bali ada istilah ‘Bukit ejohin, katon rawit’. Ini juga menyimpan makna senada, bukit hijau dari kejauhan nampak indah mempesona, begitu didekati, penuh dengan jurang terjal, semak berduri, berbatu-batu dan berbahaya.

Lalu yang selalu baik-baik saja itu orang yang bagaimana?Tentunya yang pandai bersyukur dan berterimakasih atas hidupnya, mengambil sisi positif dari setiap kejadian dan meminimalkan sambat alias mengeluh.

Hidup ini dari sononya merupakan dua sisi, sebuah anugerah sekaligus sebuah masalah. Jadi mau memaksimalkan sisi yang mana? Ya terserah anda.

By : Nunik Cho.

Falsafah Sawang Sinawang

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : Nunik Cho
I'm nothing, but everything
Nunik Cho avatar

Nunik Cho

I'm nothing, but everything

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

@peepso_user_5(Cahaya Hanjuang)
Berarti saya termasuk hampir, tidak termasuk semua.. 😀
1 year ago
@peepso_user_10020(Ciung Wanara)
Ciung Wanara shared a GIF
1 year ago