Hidup Penuh Drama dan Sandiwara

Hidup Penuh Drama dan Sandiwara

Beberapa waktu lalu seorang teman meminta saran padaku untuk menghilangkan rasa tidak terima yang sedang terjadi padanya. yang menjadi sebabnya adalah dia sakit hati dan marah dengan seseorang karena terus menerus dibohongi, marahnya karena dia tahu sedang dibohongi. Jika tidak tahu sedang dibohongi pastinya tidak akan marah. Dan itu sangat umum dialami oleh hampir semua orang.

Mulai saat ini kita perlu untuk berpikir dari sudut pandang yang lain. Kita harus paham bahwa kondisi orang yang berbohong itu pasti tidak baik-baik saja. Artinya, berbohong itu tidak enak, menguras tenaga, merasa bersalah, dan hidup tidak tenang. Orang yang dengan sengaja dan hobby menciptakan kebohongan dalam hidupnya berarti dia sedang menggadaikan ketenangannya, orang tersebut bukan dirinya sendiri, dia menjadi orang asing di dalam tubuhnya sendiri, dan itu sangat menguras energi. Itu adalah kebodohan.

Ketika kita berbohong, artinya pikiran kita sedang melakukan penipuan perintah ke sel-sel tubuh tertentu. Padahal tubuh sangat cerdas dan jujur. Ketika ada perintah palsu datang dari komandan tinggi bernama pikiran, sel-sel tubuh akan menunjukkan reaksi kebingungan, disorientasi arah, error system sehingga menimbulkan berbagai syndrom atau gejala. Gejala yang instan adalah keluarnya keringat dingin secara tiba-tiba, detak jantung tidak teratur, nafas ngos ngosan, diikuti tubuh yang lemas, mata berkunang-kunang, bahkan menimbulkan sakit kepala.

Jika gejala instan ini dapat segera diatasi, ada dampak buruk jangka panjang yang ditimbulkan oleh perintah palsu yang terus menerus dari pikiran yang penuh kebohongan, yaitu munculnya berbagai penyakit dalam, akibat timbunan dan akumulasi energi negatif dari kebohongan. Karena ia menciptakan Rasa takut jika ketahuan, rasa bersalah dan berdosa, rasa terancam jika kebohongannya terbongkar. Kebohongan aksn terus ditutupi dengan kebohongan-kebohongan yang lain, sehingga sampah energi dalam diri akan semakin menumpuk. Artinya orang sedang menumpuk bom waktu dengan terus menerus menjadi pembohong.

Berusaha menjadi orang jujur saja sulit, bagaimana mungkin ada orang yang dengan sengaja memiliki hobby menjadi pembohong. Bukankah itu sangat lucu?

Bagaimana tidak, hidup ini penuh drama, kita hidup dalam banyak drama, banyak kepura-puraan, dan banyak kebohongan, yang dengan terpaksa harus kita lakukan karena banyak alasan. Untuk menjadi orang yang sepenuhnya jujur apa adanya itu tidak gampang. Banyak situasi dan kondisi yang membuat kita terpaksa harus berpura-pura dan berbohong, kita tidak ubahnya para pemain drama. Alasannya beraneka ragam, demi menyelamatkan diri sendiri dan orang lain, demi menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar, demi tidak menimbulkan konflik dan masalah.

Jika menjadi sepenuhnya jujur dan apa adanya seringkali malah menghancurkan dan membuat masalah, orang akan lebih memilih berpura-pura dan berbohong, agar situasi yang dialami tetap kondusif.

Menjadi jujur apa adanya diri kita sering kali tidak bisa dilakukan karena berbagai hal. Meskipun kita tidak sedang melakukan kesalahan, tidak merugikan orang lain baik moral dan material, tidak kriminal, tidak menyusahkan siapapun, namun apa yang kita pilih, apa yang menjadi prinsip kita, apa yang kita yakini tidak jarang membuat orang lain di sekitar kita merasa terganggu, merasa ketakutan dan terintimidasi. Dikarenakan mereka belum cukup dewasa untuk memahami dan mau menerima perbedaan. Perbedaan adalah aib, dosa besar, harus diberantas.

Bagi system dan pandangan manistream, perbedaan itu menakutkan, maka kita semua diharuskan untuk seragam. Jika berbeda akan dibully dan dikucilkan dalam pergaulan, jika berbeda orang tua dan keluarga akan marah, jika berbeda malu sama tetangga, jika berbeda akan disingkirkan oleh system.

Akhirnya kita dipenjara dalam kepura-puraan, dalam wilayah abu-abu, untuk menyelamatkan diri dari lingkungan yang berusaha membunuh karakter diri kita yang apa adanya. Karena ketika menjadi apa adanya kemungkinan besar kita akan menunjukkan perbedaan dengan haluan mainstream, dan itu ancaman untuk eksistensi system. Sehingga kita akan berusaha disingkirkan, tidak jarang nyawa pun jadi taruhan.

Maka pernah ku katakan, idealisme itu “tidak ada”. Karena ia hanya ada dalam kepala kita masing-masing. Tidak bisa dipraktikkan sepenuhnya. Kita tetap harus berpura-pura dan berbohong, meskipun sedikit aku yakin tidak ada orang di muka bumi ini yang di dalam hidupnya tidak pernah berbohong, bahkan atas nama idealisme itu sendiri.

Tidak salah jika digambarkan dalam lirik sebuah lagu jadul, “dunia ini panggung sandiwara”. Dunia ini adalah tempat orang saling bersandiwara, tempat orang saling berdrama, karena berbagai saling ketakutan satu sama lain yang melekat bahkan dilembagakan.

Jika kita bisa sepenuhnya jujur dan menjadi diri kita yang apa adanya secara total, itu sungguh anugerah yang luar biasa istimewanya dalam hidup ini. Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya. Maka menjadi sangat konyol jika ada orang yang justru hobby menjadi pembohong, selama hidup energinya disia-siakan untuk memproduksi kebohongan, melamar kehancuran dan membangun neraka yang nyata.

By : Nunik Cho

Hidup Penuh Drama dan Sandiwara

Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

About the author : Nunik Cho
I'm nothing, but everything
Nunik Cho avatar

Nunik Cho

I'm nothing, but everything

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet