Lari Dari Bencana
Apa reaksi kita saat terjadi gempa? Lari? Tepat. Lari adalah salah satu reaksi spontan, otomatis, salah satu sistem pertahanan diri kita untuk menjauh dari sumber bahaya atau ancaman.
Mari kita coba bayangkan, situasi di suatu kantor saat jam kerja, terjadi gempa. Kemudian, seluruh karyawan lari. Dari ruangan satu, keluar lari ke arah kanan dan dari ruangan yang lain, lari ke arah kiri. Demikian pula di sekolah maupun tempat yang terdapat banyak orang lainnya. Akan terjadi situasi yang kacau balau karena masing-masing dari kita akan berlari tak tentu arah.

Agar tidak terjadi situasi yang kacau balau, maka lari kita saat terjadi gempa perlu ditata, diorganisir dengan baik. Bagaimana mengorganisirnya? Yaitu dengan membuat kesepakatan bersama jalur-jalur evakuasi. Jalur ini harus menunjukan arah lari kita menuju tempat aman atau titik kumpul yang juga sudah bersama sepakati, baik itu di tempat kerja, sekolah atau tempat-tempat publik lainya.
Demikian pula pada kondisi dimana kita sedang bekerja, pasangan kita kerja dan anak kita sekolah kemudian terjadi gempa. Kita membuat kesepakatan dengan keluarga kita arah tujuan lari kita menuju titik-titik kumpul yang keluarga setujui bersama.
Misal saat gempa pada waktu kerja/sekolah maka titik kumpul pertama adalah kesekolah anak. Jadi kita dan pasangan kita akan menuju kesana. Tunggu sampai semuanya berkumpul baru menuju titik kumpul kedua yaitu rumah. Dan bila hanya salah satu pasangan kita yang bekerja juga sepakati demikian siapa yang akan menuju sekolah anak dan kemudian menuju rumah.
Lari yang terorganisir seperti contoh di atas, saat terjadi gempa perlu kita terapkan dalam komunitas tempat tinggal kita. Mulai dari tingkat RT, sampai dengan tingkat Desa atau kecamatan, bahkan sampai tingkat di atasnya yaitu Kabupaten dan Provinsi.
Pembagian Peran Dalam Komunitas

Dalam kesepakatan bersama di atas tingkat RT dan seterusnya, perlu kita tambah dengan “siapa melakukan apa dan bagaimana”. Maksudnya, ada pembagian peran dan fungsi dari warga masyarakat sesuai dengan kemampuan yang masing-masing miliki.
Ada warga yang memiliki kendaraan lebih, warga tersebut bisa berfungsi dan berperan sebagai bagian transportasi. Membantu mobilisasi warga ke titik-titik kumpul atau tempat/pengungisan. Warga yang memiliki banyak akses dengan pihak luar/swasta/pengusaha, akan berperan dan berfungsi sebagai bagian logistik. Begitu pula dengan yang memiliki akses bidang medis, pemerintah dan lain sebagainya. Hal-hal seperti di atas perlu seluruh warga sepakati bersama.
Dalam lingkup kesepakatan warga ini, harus dalam sebuah kelembagaan kecil tingkat warga, untuk memperkuat dan memantapkan kesepakatan-kesepakatan. Sehingga nantinya, akan memudahkan lembaga dalam melakukan fungsi dan perannya ketika harus berhubungan dengan pihak dari luar baik pemerintah maupun swasta.
Akses dari luar akan semakin mudah masyarakat peroleh dalam rangka mencapai tujuannya meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana. Bila setiap wilayah membentuk kelembagaan seperti ini dari tingkat yang terkecil dari tingkat RT hingga tingkat Provinsi, akan memudahkan koordinasi dan implementasi dalam penanganan bencana di wilayah masing-masing. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang tangguh menghadapi bencana.
Penanganan bencana akan menjadi lebih baik, akan lebih cepat terselesaikan. Tidak akan banyak meninggalkan ”pekerjaan rumah“ yang banyak dan berlarut-larut yang nantinya akan menjadi beban bagi masyarakat dan pemerintah. Saat bencana hadir diwilayah kita, kita tidak bisa menghidarinya. Yang bisa kita lakukan adalah, masyarakat dan pemerintah bersama-sama menghadapi bencana dengan tangguh.
Penulis : Edie Nugroho
Lari Dari Bencana
Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya
Dukungan & komentar!
Komentar