Menghadapi Trauma

Menghadapi Trauma

Setiap orang pasti punya banyak cerita masa lalu, entah masa lalu yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Masa lalu yang menyenangkan sudah pasti ingin kita kenang terus menerus, namun anehnya memori tentang hal-hal yang menyenangkan itu akan cepat hilang dan lupa, berganti dengan perasaan lain yang terus menerus berubah. Otak kita sepertinya memiliki setting otomatis untuk cepat melupakan memori-memori menyenangkan. Berbeda halnya dengan memori atau ingatan akan hal-hal yang menyedihkan.

Memori kesedihan akan melekat sangat lama di pikiran, terus ditayangkan berulang-ulang dan semakin bertambah kesedihan yang kita rasakan ketika kita terus mengingatnya. Pada tahap selanjutnya hal seperti ini akan menimbulkan trauma. Trauma secara umum dipahami sebagai hal-hal yang berkaitan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar yang disebabkan oleh suatu kejadian yang menyedihkan di masa lalu, pada kasus yang lebih parah trauma biasanya dipicu oleh peristiwa kelam dan menyedihkan yang datangnya mendadak dan mengagetkan sehingga membuat shock dan tertekan secara mental dan emosional.

Contoh kejadian mendadak yang membuat orang trauma misalnya kehilangan anggota keluarga atau pasangan hidup yang sangat dicintai karena meninggal dunia, tiba-tiba diceraikan atau diselingkuhi pasangan dan membuat sakit hati yang luar biasa, mengalami peristiwa yang membuat shock berat seperti pemerkosaan, pelecehan dan perundungan, kecanduan obat-obat berbahaya seperti narkoba dan hampir merenggut ajal di masa lalunya, dsb.

Keadaan mental orang yang mengalami trauma itu sangat labil. Ia selalu dilanda ketakutan yang tidak jelas akan sesuatu yang tidak terjadi di saat hidupnya sekarang, namun ketakutan yang bersumber dari ingatan, ketika ia ingat masa lalu tersebut ia akan sangat takut, ngeri, gelisah, sedih, kebingungan. Bahasa kekiniannya ia tidak bisa move on dari masa lalu. Padahal kejadian tersebut sudah berlalu, sangat lama, bisa bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun. Orang yang mengalami trauma akan terus menerus diserang oleh pikiran dan ingatannya sendiri. Hal seperti ini akan sulit disembuhkan kecuali orang tersebut berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Karena jika dibiarkan terus menerus trauma akan menyebabkan adanya gangguan mental dan kejiwaan. Semakin kita ingin lari dari rasa trauma semakin trauma itu seolah mengejar, dan akan semakin besar daya nya dan terus menyerang kita.

Banyak cara penyembuhan yang biasanya ditempuh orang jaman sekarang, misalnya pergi ke psikiater untuk berkonsultasi tentang keadaan mentalnya, minum obat-obat penenang, hipnoterapi, pergi ke tukang rukyah, apapun dilakukan agar mencapai ketenangan batin yang diharapkan dan tidak terus-terusan diganggu oleh pikiran-pikiran negatif berupa ketakutan, kengerian, kegelisahan akan masa lalu.

Jika semua cara telah dilakukan untuk penyembuhan namun hasilnya nihil, orang seharusnya mulai sadar dan berpikir ulang, bahwa semua datang dari dalam., dari pikiran kita sendiri, maka penyembuh itu sudah sepatutnya juga datang dari dalam diri sendiri. Apapun healing yang kita undang dari luar, entah orang lain, ahli medis, obat-obatan hanya menjadi sarana dan pemantik, proses penyembuhan itu tetap tergantung diri kita sendiri. Ibarat hal-hal yang dari luar mengetuk pintu pikiran kita untuk disembuhkan, namun pintu itu tertutup dan tetap teguh memegang dan melekat pada ketakutan.

Tetapi tanpa faktor-faktor dari luarpun jika pikiran kita telah sadar dan menyadari, trauma dapat disembuhkan, meski pelan-pelan dengan proses dan kesabaran. Dengan cara mulai mengamati dan menyadari gerak pikiran kita sendiri, mulai mengikis sedikit demi sedikit ketakutan dan mendikte pikiran kita bahwa ketakutan itu imajiner, tidak nyata, tidak ada yang perlu ditakutkan saat ini. semua hal mengerikan itu sudah berlalu, dan diri kita kuat menghadapinya, kita bertahan sampai detik ini, dan saat ini semuanya baik-baik saja. Berdamai dengan diri sendiri, tidak perlu lari dan menghindar, tetapi menghadapinya, dengan kelembutan hati, memaafkan diri sendiri, memaafkan semuanya, siapapun dan apapun yang andil kejadian di masa lalu tersebut. Serta mulai terus menerus menyadarkan diri sendiri, mengambil alih pikiran yang negatif dan menggantinya dengan hal-hal yang positif, antara lain rasa syukur, optimisme, semangat, berterima kasih untuk semua yang telah terjadi sehingga mengantarkan pengalaman, pelajaran hidup dan sebagai proses meningkatkan kualitas diri serta kedewasaan.

Secara terus menerus kita mengajari pikiran kita untuk berpikir positif. otomatis kita sedang menghipnotis dan mensugesti diri sendiri, untuk selanjutnya trauma itu akan terkikis dengan sendirinya, saat kita bisa berdamai dengan ketakutan dan kengerian yang berasal dari pikiran imajiner dan penuh ilusi. semua akan menjadi biasa-biasa saja, tidak lagi menakutkan tidak lagi menyedihkan. Semua menjadi netral dan baik-baik saja, dan kita telah mampu menyembuhkan trauma kita sendiri, serta naik kesadaran.

By : Nunik Cho

Desain website oleh Cahaya TechDev – Klub Cahaya

About the author : Nunik Cho
I'm nothing, but everything
Nunik Cho avatar

Nunik Cho

I'm nothing, but everything

Mungkin Anda Menyukai

Dukungan & komentar!

Biar Karya Bicara
Ambil bagian, mainkan peran hidupmu!

Komentar

No comments yet